2.22.2009

Pengen Keren..?? Nikah Yuuk.. ;)


Harapan tanpa iman adalah kekecewaan yang menunggu waktu..
Kebahagiaan tanpa barokah bagai bayang-bayang tanpa cahaya..
Orang suci, menjaga kesuciannya dengan pernikahan..
Menjaga pernikahannya dengan kesucian..

MENIKAH adalah keindahan, kecuali bagi yang menganggapnya sebagai beban. Rumah tangga adalah kemuliaan, kecuali bagi yang menganggapnya sebagai rutinitas tak bermakna. Menikah, dakwah dan jihad adalah seiring sejalan, kecuali bagi orang yang terkacaukan logika dan nalarnya

Menikah adalh bagian dari 2hal ini, kecuali bagi yang memandangnya sebagai buah yang di petik atau rehat yang di ambil setelah lama menjadi aktivis bujang..

Salah seorang ustadz pernah bercerita. Ketika beliau mendengar seorang ikhwah berkata "Saya ingin menikah, insya Allah nanti, setelah mengoptimalkan produktivitas dakwah saya. Ada banyak hal yang belum saya lakukan. Kontribusi dakwah saya masih terlalu kecil. Saya masih jauh dari kualifikasi pemuda yang di gambarkan sebagai jundi dakwah. Apa qt gak malu, yang qt bicarakan pernikahan melulu? Lihatlah pemuda2 seperti Usamah ibn Zaid yang menjadi panglima besar di usia 18 tahun. Lihatlah Mush'ab Umair yang di usia 20 tahun menjadi duta untuk membuka dakwah di Madinah. Lihatlah Ali bin Abi Thalib.."

Allahu akbar!

Secara pribadi, sang ustadz terkagum pada ghiroh beliau yang setegar gunung. Semoga Allah menguatkannya selalu. Hnya saja, saya pribadi dan sang ustadz pula menganggap bahwa cara berfikir ikhwan itu "berbahaya". Seperti tersirat dari kalimat beliau, seolah ada pertentangan antara produktivitas dakwah dengan pernikahan. Sepertinya, kalau sudah menikah maka kita tidak bisa meneladani Usamah, Mush'ab dan Ali.

Sepertinya sesudah menikah, tidak termungkinkan untuk menjadi aktivis dengan kemuliaan sebagaimana ketika belum menikah. Seolah-olah, puncak prestasi dakwah selalu (hanya bisa) kita raih sebelum menikah..

Sepertinya cara berfikir ini bermula dari persepsi "Menikah dengan seorang akhwat yang sholihah adalah buah dari dakwah".

Pernikahan ini dipersepsikan sebagai terminal perhentian, tempat memetik manfaat. Pernikahan tidak dianggap sebagai bagian dari dakwah. Pernikahan tidak dianggap sebagai episode tempat dua orang saling menguatkan untuk lebih berkontribusi dan berprestasi dalam dakwah. Seakan pernikahan adalah episode baru yang menjadi tujuan dalam dakwah selama ini. Sekali berarti sesudah itu mati..

Syukurlah, argumen yang beliau bangun sekaligus menolak cara berfikir beliau. Mengutip siroh sahabat, sefaham qt.. Sebelum menjadi panglima di usia 18 tahun, Usamah bin Zaid telah menikah dengan Fatimah binti Qois di usia 16 tahun. Sebelum menjadi duta ke Madinah, Mush'ab bin Umair telah menikah dengan Hannah binti Jahsy. Dan Ali bin Abi Thalib telah menjadi menantu Rosul. Mereka telah berjibaku memimpin keluarga, sebelum sukses memimpin dakwah.

Subhanallah...

Nah, mari kita bersedih ketika pernikahan memutuskan keterlibatan saudara-saudara kita dalam dakwah..
Mari kita bersedih ketika pernikahan menumpulkan.
Mari meitikkan air mata jika dengan menikah orang terhalang untuk menjadi orang-orang besar...
Mari kita menangis di hadapan Allah jika pernikahan melenakan manusia dari tugas agung untuk berdakwah dan berjihad di jalanNYA..
Jika demikian, dimana barokah yag sudah seharusnya qt raih..??

'Alaa kulli haal..
Segalanya bermula dari bagaimana cara qt mempersepsi pernikahan. Pernikahan disebut separuh agama, karena ia-nya masalah aqidah. Masalah bagaimana persepsi kita terhadap Allah, diri kita, dan pernikahan itu sendiri. Dan pernikahan juga disebut separuh agama, karena tanpa istri atau atau suami di sisi, banyak perintah Allah di dalam Al-Qur'an belum akan terasa maknanya..

Wallahu a'lam..

Semoga pemahaman ini menjadi awal dari bertambahnya barokah dalam pernikahan kita kelak, terutama dalam produktivitas amal dan jihad di jalanNYA..

Sungguh pernikahan adalah bagian dari 2 hal ini, maka jangan pernah memandangnya sebagai buah yang akan kita petik dan rehat yang akan kita lakukan atas dakwah kita selama ini..

Rehatlah nanti, ketika kaki kita melangkah dan memijak syurga Allah...

Indahnya....
sumber :http://istrishalihah.blogspot.com

Teruskan Nutrisi Cintamu......

Muslimah, Antara Siap dan Ingin Menikah


Pernikahan Idham dan Rani berlangsung lancar. Kawan-kawan kuliah keduanya banyak yang datang, walaupun resepsi itu dilakukan jauh dari kota dimana mereka berdua menuntut ilmu. Di sudut ruangan, tampak sekelompok akhwat sedang menikmati hidangan. Mereka sedang menggoda Rifa, sahabat Rani, kapan Rifa akan segera menyusul Rani. Ditanya begitu, Rifa hanya tersenyum, dan menjawab, “Jika saatnya tiba.”
Namun tak lama setelah kejadian itu, timbul perasaan-perasaan ingin mengitu jejak Rani di hati Rifa. Meski Rifa sendiri masih galau, apakah dirinya benar-benar sudah siap atau hanya ingin menikah????


Sahabat Muslimah…Banyak akhwat yang mengalami peristiwa yang dialami Rifa dalam ilustrasi diatas. Beberapa diantaranya rata-rata masih tercatat sebagai mahasiswi. Memang, menikah dini di kalangan mahasiswa akhir-akhir ini seolah menjadi trend yang sedang berkembang.

Sahabat Muslimah… Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seorang akhwat ingin segera mengakhiri masa lajangnya, antara lain:

1. Karena faktor usia

Banyak akhwat yang merasa gelisah karena usia yang sudah cukup untuk menikah, namun belum juga ditunjukkan siapa pendampingnya.

2. Melihat teman yang sudah menikah

Adakalanya, jika teman kita sudah menikah, mereka bercerita kepada kita, betapa indah dan menyenangkannya hidup berumah tangga, sehinga membuat kita ingin segera merasakannya.

3. Dipanas-panasi

Tak dipungkiri, di sebagian kalangan akhwat, salah satu topik favorit yang sering dibicarakan adalah seputar ikhwan dan nikah. Lambat laun, karena seringnya membicarakan hal itu, membuat hati sebagian akhwat kebat-kebit.

Apalagi jika sudah ditambah bumbu-bumbu tertentu. Itulah sebabnya mengapa kita dilarang untuk membicarakan hal-hal yang tidak perlu, karena bisa saja membuat hati kita kotor.

Sebagian lagi beralasan, mereka ingin segera menikah untuk menjaga diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Bukan alasan yang salah sebenarnya. Tapi acapkali, karena terburu-buru ingin menikah, banyak hal yang lupa dipersiapkan.

Sahabat muslimah… Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan ketika kita memutuskan untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Antara lain:

1. Kesiapan Pemikiran yang mencakup:

a. Kematangan Visi Keislaman
Hal ini dimaksudkan, agar pasangan suami istri mempunyai frame yang sama mengenai Islam sebagai dasar rumah tangga, agar rumah tangga benar-benar bernilai ibadah, tidak hanya sebagai pemuas kebutuhan biologis saja. Dengan ajaran Islam sebagai landasan rumah tangga, diharapkan, rumah tangga tersebut dapat menjadi rumah tangga yang sakinah mawaddah warrohmah.

b. Memiliki kematangan visi kepribadian
Disamping beragama secara kultural, banyak juga orang yang landasan keislamannya di bangun oleh emosi. Namun karena tidak dilandasi oleh pengetahuan Islam yang kuat, kadang membuat sebagian orang cepat futur, bosan dan lain sebagainya. Jika hal ini terjadi dalam rumah tangga, bisa menjadi sebab timbulnya kegagalan seseorang dalam berumah tangga.

2. Kesiapan Psikologis

Kematangan psikologis yang dimaksud adalah kematangan atau kesiapan tertentu secara psikis, untuk mengahadapi berbagai tantangan yang akan dihadapi selama hidup berumah tangga. Seringkali karena secara psikologis kondisi seseorang belum siap, membuat pasangan suami istri tidak siap dengan berbagai kondisi pasca nikah.

3. Kematangan Fisik

Ada beberapa hal yang menjadi persyaratan mutlak dalam sebuah perkawinan menurut Islam, yang berkaitan dengan fisik. Antara lain :

a. Seorang laki-laki atau wanita yang akan menikah harus yakin bahwa alat-alat reproduksinya berfungsi dengan baik.

Karena salah satu sebab perceraian yang diperbolehkan dalam Islam adalah karena alat reproduksi pasangannya tidak berfungsi dengan baik.

b. Usia

Kita juga harus menyadari, bahwa secara fisik, kita benar-benar sudah siap menikah. Itulah kenapa sebabnya seorang wanita dianjurkan untuk tidak menikah dalam usia yang masih dini. Banyak kasus yang terjadi, dimana anak-anak yang baru keluar dari sekolah dasar (usia sekitar 12-13 tahun) langsung dinikahkan. Di Barat, ada survey yang membuktikan, bahwa orang-orang yang melakukan hubungan seksual terlalu muda, pada umumnya di atas usia tiga puluh tahunan akan mengalami hambatan-hambatan fisik.

Meskipun sekali lagi, tidak ada kriteria tertentu kapan seseorang menjadi matang secara fisik. Ada kasus-kasus tertentu, seperti halnya orang-orang tua zaman dulu, banyak yang tetap sehat dan memiliki keluarga besar, meskipun menikah dalam usia yang masih sangat muda.

c. Kesehatan

Sebelum menikah, usahakan mengetahui kondisi fisik dan kesehatan calon pasangan kita. Kalau bisa, ketahui juga kesehatan keluarga calon pasangan kita itu, karena biasanya ada penyakit tertentu yang merupakan penyakit keturunan.

4. Kesiapan Finansial

Perkawinan juga merupakan kerja ekonomi, tidak hanya cukup dengan cinta. Bukan berarti seorang muslimah harus materialistis. Namun hal ekonomi/finansial kadang menjadi pemicu konflik dalam rumah tangga. Meskipun ada beberapa pasangan yang merasa cukup hanya dengan bekal cinta saja, akan lebih baik jika kita mempersiapkan finansial sejak jauh-jauh hari.

Sahabat muslimah… Menikah adalah sebuah Mitsaqan Ghalizhan, perjanjian yang sangat berat. Banyak konsekuensi yang harus dijalani suami istri dalam berumah tangga. Jangan pernah mengambil keputusan untuk menikah hanya karena ‘ingin’, sementara banyak faktor yang belum kita persiapkan. Jika sejak awal kita sudah mempersiapkan mahligai rumah tangga yang akan kita bina, niscaya kebahagiaan dunia dan akhirat akan kita rasakan. InsyaAllah. Maka, apakah sahabat sudah ingin menikah, atau benar-benar siap dengan pernikahan ???
sumber http://www.manajemenqalbu.com

Teruskan Nutrisi Cintamu......

Kekuatan Cinta

Oleh Aam Amirudin
Andai di dunia ini tidak ada cinta, maka hidup akan serasa gersang, hampa dan tidak ada dinamika. Cinta bisa membuat sesuatu yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi sederhana, permusuhan menjadi perdamaian dan yang jauh menjadi dekat. Itulah gambaran kekuatan cinta.


Cinta, ditilik dari sudut manapun selalu menarik untuk dibahas. Sejarah mencatat, sejumlah seniman, teolog sampai filosop membicarakan cinta dari berbagai perspektifnya baik dalam bentuk roman, puisi, syair bahkan sampai dalam bentuk tulisan ilmiah yang bernuansa teologis, fenomenologis, psikologis ataupun sosiologis.

Filosop sekaliber Plato bahkan pernah mengatakan "Siapa yang tidak terharu oleh cinta, berarti berjalan dalam gelap gulita". Pernyataan ini menggambarkan betapa besar perhatian Plato pada masalah cinta, sampai-sampai dia menyebut orang yang tidak tertarik untuk membicarakannya sebagai orang yang berjalan dalam kegelapan.

Peranan cinta dalam kehidupan tidak diragukan lagi pentingnya. Cinta diyakini sebagai dasar dari perdamaian, keharmonisan, ketentraman, kebahagiaan bahkan kebangkitan peradaban. Namun apa sesungguhnya cinta itu ?
Diakui, problem yang dihadapi saat membicarakan cinta biasanya adalah persoalan definisi. Belum pernah ditemui suatu rumusan tentang cinta yang singkat, padat dan mewakili pemahaman akan hakikat cinta secara tepat.

Jalauddin Rumi pernah mengatakan bahwa cinta itu misteri, tidak ada kata-kata yang bisa mewakili kedalamannya.
Cinta tak dapat termuat dalam pembicaraan atau pendengaran kita,
Cinta adalah sebuah samudera yang kedalamannya tak terukur
Cinta tak dapat ditemukan dalam belajar dan ilmu pengetahuan,
buku-buku dan lembaran-lembaran halaman.
Apapun yang orang bicarakan itu, bukanlah jalan para pecinta.
Apapun yang engkau katakan atau dengar adalah kulitnya;
Intisari cinta adalah misteri yang tak dapat kau buka !
Cukuplah ! Berapa banyak lagi kau akan lengketkan kata-kata di lidahmu ?
Cinta memiliki banyak penyataan melampaui pembicaraan. . .

Oleh sebab itu, disini kita tidak akan mendefinisikan cinta karena khawatir mereduksi kedalamannya. Biarlah cinta berbicara dalam perbuatan kita. Disini, kita akan mencoba mencermati unsur-unsur yang selalu ada dalam cinta.

Erich fromm, murid kesayangannya Sigmund Freud menyebutkan empat unsur yang harus ada dalam cinta, yaitu :

1. Care (perhatian). Cinta harus melahirkan perhatian pada objek yang dicintai. Kalau kita mencintai diri sendiri, maka kita akan memperhatikan kesehatan dan kebersihan diri. Kalau kita mencintai orang lain, maka kita akan memperhatikan kesulitan yang dihadapi orang tersebut dan akan berusaha meringankan bebannya. Kalau kita mencintai Allah Swt., maka kita akan memperhatikan apa saja yang Allah ridhai dan yang dimurkai-Nya.
2. Responsibility (tanggung jawab). Cinta harus melahirkan sikap bertanggungjawab terhadap objek yang dicintai. Orang tua yang mencintai anaknya, akan bertanggung jawab akan kesejahteraan material, spiritual dan masa depan anaknya. Suami yang mencintai isterinya, akan bertanggung jawab akan kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangganya. Karyawan yang mencintai perusahaannya, akan bertanggung jawab akan kemajuan perusahaannya. Orang yang mencintai Tuhannya, akan bertanggung jawab untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Itulah Responsibility.
3. Respect (hormat). Cinta harus melahirkan sikap menerima apa adanya objek yang dicintai, kelebihannya kita syukuri, kekurangannya kita terima dan perbaiki. Tidak bersikap sewenang-wenang dan selalu berikhtiar agar tidak mengecewakannya. Inilah yang disebut respect.
4. Knowledge (pengetahuan). Cinta harus melahirkan minat untuk memahami seluk beluk objek yang dicintai. Kalau kita mencintai seorang wanita atau pria untuk dijadikan isteri atau suami, maka kita harus berusaha memahami kepribadian, latar belakang keluarga, minat, dan ketaatan beragamanya. Kalau kita mencintai Tuhan, maka harus berusaha memahami ajaran-ajaran-Nya.

Kalau empat unsur ini ada dalam kehidupan kita, Insya Allah hidup ini akan bermakna. Apapun yang kita lakukan, kalau berbasiskan cinta pasti akan terasa ringan. Karena itu nabi Saw pernah bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang kalau dia belum mencintai orang lain sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri".(H.R Tirmidzi)
" Cintai oleh mu mahluk yang ada di muka bumi, pasti Allah akan mencintaimu". (HR. Muslim)

Supremasi kebahagiaan tertinggi, kalau kita mampu mencintai orang lain dengan tulus tanpa pamrih, mencintai diri sendiri secara proporsional, mencintai Allah Swt dengan penuh loyalitas dan selalu merasa dincintai-Nya. Inginkah hidup kita bermakna ? Let Love be Your Energy ! Selamat bercinta !

Teruskan Nutrisi Cintamu......

2.15.2009

Cinta Tak Harus Memiliki 2


Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.

Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda'.
"Subhanallaah.. wal hamdulillaah..", girang Abud Darda' mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.

"Saya adalah Abud Darda', dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.", fasih Abud Darda' bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.

"Adalah kehormatan bagi kami", ucap tuan rumah, "Menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami." Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.

"Maafkan kami atas keterusterangan ini", kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. "Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abud Darda' kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan."

Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.
"Allahu Akbar!", seru Salman, "Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abud Darda', dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!"

♥♥♥

Cinta tak harus memiliki. Dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki apapun dalam kehidupan ini. Salman mengajarkan kita untuk meraih kesadaran tinggi itu di tengah perasaan yang berkecamuk rumit; malu, kecewa, sedih, merasa salah memilih pengantar –untuk tidak mengatakan 'merasa dikhianati'-, merasa berada di tempat yang keliru, di negeri yang salah, dan seterusnya. Ini tak mudah. Dan kita yang sering merasa memiliki orang yang kita cintai, mari belajar pada Salman. Tentang sebuah kesadaran yang kadang harus kita munculkan dalam situasi yang tak mudah.

Teruskan Nutrisi Cintamu......

ANTARA BENCI DAN CINTA


Benci dan cinta, selalu ada dalam hati manusia. Adalah fitrah, bila manusia mencintai sesuatu yang menyenangkan hatinya, dan membenci segala yang menyusahkannya. Yang harus diperhatikan, seorang muslim hendaknya selalu menimbang rasa benci dan cintanya, berdasarkan syariat Allah l. Ia harus mencintai apa yang dicintai-Nya, dan membenci apa yang dibenci oleh-Nya. "TERJALNYA" JALAN KE SURGA

Surga adalah impian dan cita-cita tertinggi setiap mukmin. Namun, untuk menuju ke sana, seseorang harus melalui berbagai ujian dan rintangan. Sebaik-baik bekal yang mesti dibawa adalah takwa. Yaitu menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Itulah yang berat, dan membuat jalan ke surga menjadi "terjal" atau sulit dilalui. Hanya orang-orang yang terpilih dan mendapat hidayah-Nyalah yang akan berhasil melaluinya.

Setiap orang akan mendapatkan ujian sesuai dengan kadar keimanannya. Semakin tinggi imannya, semakin berat pula ujiannya. Rasulullah n pada permulaan dakwahnya, banyak menghadapi celaan, caci-maki, hinaan, bahkan tindakan kasar dan keji dari kaumnya. Namun beliau tetap bersabar. Ketika pamannya, Abu Thalib meminta beliau untuk menghentikan dakwahnya, beliau menjawab, "Wahai pamanku, meskipun matahari diletakkan di tangan kananku, dan rembulan di tangan kiriku, aku tak akan menghentikan dakwahku, hingga maut menjemput diriku." Itulah bukti cinta Rasulullah n kepada Allah l, sekaligus kepada kaumnya.

Sesungguhnya, Rasulullah n sangat menyayangi pamannya itu. Namun, ketika pamannya memerintahkan suatu perkara yang bertentangan dengan perintah Allah l, beliau dengan tegas menolaknya. Kemudian, setelah Islam berkembang pesat dan mengalami kejayaannya, Rasulullah n tidaklah sombong dan menepuk dada.

Beliau n juga tetap amanah dan hidup sederhana, meski ada kesempatan untuk bermewah-mewah. Beliau tetap tawadhu', dan memperbanyak amal ibadah. Shalat malam, puasa sunnah, memperbanyak dzikir dan istighfar, itu adalah "makanan" sehari-harinya, yang diteladani oleh para sahabatnya yang mulia. Semua itu tetap beliau dan para sahabatnya lakukan, meski di antara mereka sudah dijamin surga! Itulah wujud cinta dan tanda syukur mereka kepada-Nya. Hati mereka sudah dipenuhi dengan keagungan nama-Nya.

Jiwa mereka sangat merindukan untuk dekat dengan-Nya. Kini, bagaimanakah dengan kita? Sampai di mana usaha kita untuk dapat meraih surga-Nya? Kesibukan dunia, ternyata telah banyak melalaikan kita dari-Nya. Shalat yang lima waktu saja sering terlambat, bahkan kadang terlewatkan (na'udzubillaah).

Shalat malam? Jangankan bangun untuk mengambil air wudhu kemudian shalat di pertengahan malam. Saat adzan subuh pun, kadang masih malas untuk bangun. Lebih nikmat berselimut dan memeluk bantal, daripada memenuhi panggilan-Nya. Astaghfirullaah.

"MULUSNYA" JALAN KE NERAKA

Dalam kamus setan, tak dikenal kata menyerah dan putus asa, selama itu demi menyukseskan misi abadinya, untuk menyesatkan manusia: ke neraka. Sejauh mungkin, dengan apa pun caranya, bagaimana pun bentuknya, serta kapan pun waktunya.

Setan akan senang sekali, bila melihat manusia memilih jalan ke neraka. Ia juga akan membantu manusia untuk melaluinya, serta menghiasi berbagai sarana yang menjadikan manusia tertarik padanya. Beberapa jalan setan untuk menjebak manusia di antaranya:

- Indahnya syahwat

Nafsu syahwat senantiasa ada dalam diri manusia. Terkadang ia bergejolak dan menggelegak, menghentak-hentak, minta segera disalurkan. Allah l telah memberi solusi penyaluran syahwat ini melalui pernikahan, dengan segala hikmahnya yang agung.

Namun, setan pun memberi solusi dengan berbagai cara lain yang sudah pasti haram, meski banyak manusia menyukainya. Misalnya dengan pacaran yang dilanjutkan dengan hubungan di luar nikah, berselingkuh dengan PIL, WIL atau PSK.

Cara ini, bagi sebagian orang justru lebih nikmat dan disukai. Adakalanya mereka lebih mencintai pasangan selingkuhnya, daripada pasangan sahnya. Jelas, yang seperti ini sangat tercela dan berdosa.

- Nikmatnya narkoba

Narkoba, dengan segala bentuknya, juga merupakan perangkap setan yang tampak indah dan nikmat, dalam pandangan sebagian orang. Bagaimana tidak? Dengan mengonsumsinya, seseorang bisa seolah "terbebas" dari segala macam keruwetan dan masalah kehidupan.

Seseorang bisa melepaskan segala stres dan kepenatan, juga kejenuhan. Karena narkoba akan membawanya terbang ke awang-awang...jiwa terasa bebas dan segala beban pun lepas.... Namun...itu hanya terjadi sesaat saja. Setelah itu, seluruh tubuh akan terasa sakit dan ngilu, karena narkoba telah merusak berbagai organ vital di dalamnya. Efek ketagihan pun menyertai. Rasa sakit tak akan reda bila pengonsumsian dihentikan....

- Harta yang menggoda

Hampir setiap manusia mencintai harta. Allah l telah memberikan rambu-rambu pada manusia untuk memperolehnya. Di antaranya dengan ayat-ayat yang menjelaskan halalnya jual beli dan haramnya riba. Juga dengan ayat yang menjelaskan keharaman memperoleh harta dengan menzhalimi orang lain.

Sayang, meskipun rambu-rambu itu begitu jelas dan tegas, masih banyak manusia yang "tertarik" untuk melanggarnya. Praktik riba, merebak di mana-mana. Korupsi, sudah menjadi tradisi sebagian masyarakat negeri ini. Pencurian, perampokan, dan berbagai tindak kriminal lainnya frekuensinya kian meningkat tajam. Semua itu adalah pertanda, bahwa banyak manusia telah "kehilangan" hati nuraninya. Mereka tak merasa bersalah sedikit pun, atau merasa sayang dan kasihan kepada orang-orang yang mereka aniaya. Hukum rimba telah berlaku di alam manusia.

- Kesombongan yang tak terasa

Sikap sombong dan membanggakan diri, terkadang juga menghinggapi jiwa manusia, baik disadari atau tidak. Orang yang sombong, hanya mencintai dan mau bergaul dengan orang-orang yang dipandang "sederajat" dengannya. Bila ia kaya dan berpangkat, ia enggan bergaul dengan orang-orang miskin, yang tidak sederajat dengannya. Tak jarang, mereka bersikap tidak pantas kepada orang-orang yang dianggap rendah. Mereka juga merasa berat, untuk mengeluarkan zakat.

Hendaknya, kita senantiasa berusaha menjauhi sikap sombong ini, sekecil apa pun, karena Rasulullah n bersabda, "Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezhaliman (melampaui batas)." (Riwayat al-Hakim)

- Memandang bid'ah sebagai kebajikan

Di antara kita, banyak pula yang sangat mencintai amalan-amalan yang dipandang sebagai kebajikan, padahal kenyataannya adalah kebid'ahan. Di antaranya adalah tahlilan dan yasinan setelah kematian seseorang. Atau memperingati kelahiran (maulid) maupun kematian (khaul) seseorang yang dipandang sebagai orang shalih.

Sungguh, bila yang seperti itu adalah kebajikan dan suatu yang perlu dilestarikan, maka Rasulullah n dan para sahabatnya adalah generasi pertama yang akan melakukannya.

MEWUJUDKAN CINTA PADA SESAMA

Setelah mengetahui lika-liku jalan ke surga dan tipu daya jalan ke neraka, maka seorang mukmin harus selalu mengupayakan dirinya untuk meniti jalan menuju surga, dan mengajak orang-orang terdekatnya untuk berbekal dengan takwa.

Setiap mukmin, tentu mencintai keluarganya. Setiap kita yang mencintai keluarga, tentu tak akan rela bila di antara mereka masuk neraka. Karena itulah, demi cinta kita, kita harus melaksanakan perintah Allah l,

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim: 6)

Kepada mereka, yaitu suami atau istri kita, orangtua serta anak-anak kita, kita harus berusaha melakukan amar ma'ruf nahi mungkar (mengajak pada kebajikan dan mencegah kemungkaran), semampu kita. Bagaimana kalau mereka melakukan kemaksiatan? Kita harus berusaha menasihatinya, diiringi dengan doa, agar Allah l menyadarkan dan memberi hidayah kepada mereka.

Dalam lingkup yang lebih luas, cinta pada sesama harus kita wujudkan pula dengan beramar ma'ruf nahi mungkar di lingkungan terdekat kita, yaitu tetangga dan sanak famili.

YANG MESTI KITA BENCI

Segala jalan ke neraka, itulah yang selayaknya kita benci dan jauhi. Demikian pula dengan orang-orang kafir serta orang yang suka menentang kebenaran risalah yang dibawa Rasulullah n, hendaknya kita tidak menjadikan mereka sebagai teman dekat.

Allah l berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu..." (Al-Mumtahanah: 1)

Semoga kita tidak akan salah lagi dalam menempatkan benci dan cinta....Kita benci apa yang dibenci-Nya, dan kita cintai apa yang dicintai-Nya.

Teruskan Nutrisi Cintamu......

Cinta Tak Harus Memiliki


Kesalahmengertian banyak pihak terhadap makna cinta yang sesungguhnya, atau kesalahpamahan banyak orang dalam memaknai cinta, akhirnya menjadi sasaran empuk dunia bisnis entertainment. Cinta, yang selalu diidentikkan dengan geliat nafsu terhadap lawan jenis, akhirnya membentuk habitat bisnis nafsu. Bila cinta identik dengan nafsu, akan amat banyak makanan tidak sehat yang bisa disajikan. Ironisnya, kalau dijajakan secara apik dan menarik, dagangan maksiat itu dijamin laris manis,
Karena cinta adalah milik ambisi dan pasangan nafsu, maka cinta jenis itu mendorong para pemuja cinta untuk mengejar yang dicintai. Segala yang ia cintai, harus menjadi miliknya.

Definisi Cinta
Sejenak, mari kita membuai diri dengan makna cinta, menurut pakarnya.
Imam Ibnu Qayyim mengatakan, "Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri. Membatasi makna cinta, justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka definisi dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri. "

Suatu kali, beliau menjelaskan, " Cinta dapat dirumuskan dengan memperhatikan turunan kata cinta, mahabbah, dalam bahasa Arab. Mahabbah berasal dari kata hubb. Ada lima makna untuk akar kata hubb.
Pertama, al-shafâ wa al-bayâdh, putih bersih. Bagian gigi yang putih bersih disebut habab al-asnân.
Kedua, al-‘uluww wa al-zhuhur, tinggi dan kelihatan. Bagian tertinggi dari air hujan yang deras disebut habab al-mâi. Puncak gelas atau cawan disebut habab juga.
Ketiga, al-luzum wa al-tsubut, terus menerus dan konsisten. Unta yang menelungkup dan tidak bangkit-bangkit dikatakan habb al-ba’ir.
Keempat, lubb, inti atau saripati sesuatu. Biji disebut habbah karena itulah benih, asal, dan inti tanaman. Jantung hati, kekasih, orang yang tercinta disebut habbat al-qalb.
Kelima, al-hifzh wal-imsâk, menjaga dan menahan. Wadah untuk menyimpan dan menahan air agar tidak tumpah disebut hibb al-mâi."

Maka, masih menurut Ibnul Qayyim, muncullah berbagai definisi cinta, atas dasar makna dan pengertian-pengertian di atas. Di antara definisi tersebut adalah sebagai berikut:
• Kecenderungan seluruh hati yang terus-menerus (kepada yang dicintai).
• Kesediaan hati menerima segala keinginan orang yang dicintainya.
• Kecenderungan sepenuh hati untuk lebih mengutamakan dia daripada diri dan harta sendiri, seia sekata dengannya baik dengan sembunyi-sebunyi maupun terang-terangan, kemudian merasa bahwa kecintaan tersebut masih kurang.
• Pengembaraan hati karena mencari yang dicintai sementara lisan senantiasa menyebut-nyebut namanya.
Menyibukkan diri untuk mengenang yang dicintainya dan menghinakan diri kepadanya.

Mengejar Cinta
Kejarlah cinta sejati. Namun sadarlah, sesungguhnya yang dikejar bukan zat cinta itu sendiri. Sesungguhnya yang dikejar adalah sesuatu 'yang dicintai'. Dengan segudang alasan logika, kemanusian, kewajaran, keberadaban, hingga keagamaan, hanya Allah, Yang Menciptakan segalanya, termasuk kamu, yang paling wajib kamu cintai. Haram bagi kamu mencintai apapun, melebihi cintamu kepada-Nya.

Simaklah firman-Nya,

"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal)." (Al-Baqarah : 186)

Cinta kepada Allah adalah sumber segala wujud cinta sejati. Sebab, cinta kepada Allah adalah cinta kepada sumber segala cinta, cinta terhadap sumber keabadian cinta, cinta kepada Pencipta dari cinta itu sendiri. Sehingga, cinta yang paling sejati itu, dapat mengangkat bukan saja harkat pencinta-Nya, namun juga derajat amal perbuatan si pecinta itu sendiri.

Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Ash-Sahihain, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
“Ketika saya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari masjid, kami bertemu dengan seorang laki-laki di pintu masjid.
Pria itu bertanya, “Wahai Rasulullah! Kapankah terjadinya Hari Kiamat itu?” Rasul r menjawab, “Apa yang telah engkau persiapkan untuknya?”
Laki-laki itu terdiam, lalu menjawab, “Wahai Rasulullah! Saya tidak mempunyai banyak persiapan baik amal shalat, puasa, maupun sedekah. Tapi saya hanya mencintai Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda
“Engkau akan beserta dengan orang yang engkau cintai.”
Dalam riwayat lain, disebutkan perkataan Anas radhiyallahu anhu, “Maka tak ada yang membuat kami sangat bahagia setelah Islam selain dari ucapan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ‘Engkau akan beserta dengan orang yang engkau cintai’.”

Mengejar cinta Allah, berarti mengejar keridhaan-Nya. Bila itu menjadi hasrat utama Anda, berbahagialah dengan segala kemenangan di baliknya.

" Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik...." (Al-Ankabut : 69)



Cinta dan Memiliki
Kamu boleh mencintai siapa saja, selama itu tak berlawanan dengan konsep cinta kepada Allah. Kamu berhak mencintai orang tua dan saudara-saudara kamu. Kamu juga bebas mencintai siapapun di antara teman-teman kamu. Bahkan, sebagai pria atau wanita, kamu juga punya hak untuk mencintai lawan jenis. Karena dengan cinta itulah, seseorang mengubah status hidupnya dari bukan siapa-siapa terhadap pasangannya, menjadi suami atau isterinya. Menikah tanpa bekal cinta –seperti yang diperintahkan dalam sunnah nazhar--, niscaya akan kehilangan sebagian dari keindahannya.
Namun, makna cinta selama ini telah dikaburkan oleh ambisi nafsu dan syahwat. Sehingga banyak orang merasa, bahwa ia berhak mencintai apapun, dan karena itu ia berhak memilikinya. Dengan kata lain, segala yang ia cinta, harus menjadi miliknya. Karena miliknya, maka yang dicintai harus tunduk di bawah kemauannya. Konsep ini muncul secara tiba-tiba, bukan sebuah hal yang direncanakan. Karena konsep inilah, beragam kerancuan terjadi. Karena yang muncul adalah hal-hal yang berlawanan dengan fithrah manusia itu sendiri.

1. Banyak suami isteri bercerai, dengan alasan, pasangannya tak mau menuruti apa yang dia inginkan. Karena itu, ia merasa bahwa mereka terlalu berbeda. Karena itu pula, mereka tak layak menjadi pasangan suami isteri yang ideal.
2. Banyak orang tua menganggap anak-anaknya telah bersikap durhaka, karena tak mematuhi perintahnya. Tanpa sadar, bahwa sebagian di antara perintah itu bermuatan dosa dan maksiat, dan terkadang anak-anak tidak mematuhinya karena tak mau terjerumus dalam dosa dan kemaksiatan.
3. Banyak para muslimah yang mengutuki sikap kedua orang tuanya yang tak mengizinkannya menikah dengan pria yang sangat mereka cintai. Tanpa mereka sadar, bahwa kedua orang tuanya melarangnya menikah dengan pria itu, karena pria itu itu sosok pemuda muslim yang banyak berbuat maksiat, tidak memiliki akhlak yang bagus, dan bahkan terkadang sebagian di antara mereka jelas-jelas non muslim!!!
4. Banyak guru-guru yang marah besar, karena murid-muridnya tumbuh tak sebagaimana yang mereka inginkan.
5. Banyak murid yang membenci dan mengutuki gurunya, karena tak memberinya kebebasan memilih, sesuai hasrat dan keinginannya.

Seringkali itu terjadi, karena mereka menganggap bahwa semua yang mereka cintai harus tunduk di bawah kemauan mereka. Tanpa mereka sadar, bahwa suami dan isteri masing-masing memiliki bukan saja hak, tapi juga kewajiban. Bahwa keserasian bukan berarti kesamaan dalam banyak keinginnan, dalam watak dan kemauan. Mereka tidak sadar, bahwa segala sikap, tindakan dan kemauan seorang hamba, selalu dibatasi oleh kehendak dan aturan Yang MahaKuasa. Cinta sejati bukan mendorong seseorang untuk harus memiliki siapa pun yang ia cintai. Tapi justru mendorongnya untuk memberi yang terbaik kepada siapa pun yang ia cintai. Bukan saja untuk kehidupan fana ini, namun untuk keabadian di alam nanti.

Teruskan Nutrisi Cintamu......

TERAPI RASULULLAH DALAM PENYEMBUHAN PENYAKIT AL-ISYQ (CINTA) (Bag 2)

CINTA DAN JENIS-JENISNYA
Cinta memiliki berbagai macam jenis dan tingkatan, yang tertinggi dan paling mulia adalah mahabbatu fillah wa lillah (cinta karena Allah dan di dalam Agama Allah) yaitu cinta yang mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai Allah, yang dilakukan berlandaskan cinta kepada Allah dan RasulNya.

Cinta berikutnya adalah cinta yang terjalin karena adanya kesamaan dalam cara hidup, agama, mazhab, idiologi, hubungan kekeluargaaan, profesi dan kesamaan dalam hal-hal lainnya.

Diantara jenis cinta lainnya yakni cinta yang motifnya karena ingin mendapatkan sesuatu dari yang dicintainya, baik dalam bentuk kedudukan, harta, pengajaran dan bimbingan, ataupun kebutuhan biologis. Cinta yang didasari hal-hal seperti tadi yaitu al-mahabbah al-'ardiyah-- akan hilang bersama hilangnya apa-apa yang ingin didapatnya dari orang yang dicintai. Yakinlah bahwa orang yang mencintaimu karena sesuatu akan meninggalkanmu ketika dia telah mendapat apa yang diinginkannya darimu.

Adapun cinta lainnya adalah cinta yang berlandaskan adanya kesamaan dan kesesuaian antara yang mencintai dan yang dicinta. Mahabbah al-isyq termasuk cinta jenis ini tidak akan sirna kecuali jika ada sesuatu yang menghilangkannya. cinta jenis ini, yaitu berpadunya ruh dan jiwa, oleh karena itu tidak terdapat pengaruh yang begitu besar baik berupa rasa was-was, hati yang gundah gulana maupun kehancuran kecuali pada cinta jenis ini.

Timbul pertanyaan bahwa cinta ini merupakan bertemunya ikatan batin dan ruh, tetapi mengapa ada cinta yang bertepuk sebelah tangan? Bahkan kebanyakan cinta seperti ini hanya sepihak dari orang yang sedang kasamaran saja, jika cinta ini perpaduan jiwa dan ruh maka tentulah cinta itu akan terjadi antara kedua belah pihak bukan sepihak saja?

Jawabnya yaitu bahwa tidak terpenuhinya hasrat disebabkan kurangnya syarat tertentu, atau adanya penghalang sehingga tidak terealisasinya cinta antara keduanya. Hal ini disebabkan tiga faktor ; Pertama: bahwa cinta ini sebatas cinta karena adanya kepentingan, oleh karena itu tidak mesti keduanya saling mencintai, terkadang yang dicintai malah lari darinya. Kedua: adanya penghalang sehingga dia tidak dapat mencintai orang yang dicintanya, baik karena adanya cela dalam akhlak, bentuk rupa, sikap dan faktor lainnya. Ketiga: adanya penghalang dari pihak orang yang dicintai.

Jika penghalang ini dapat disingkirkan maka akan terjalin benang-benang cinta antara keduanya. Kalau bukan karena kesombongan, hasad, cinta kekuasaan dan permusuhan dari orang-orang kafir, niscaya para rasul-rasul akan menjadi orang yang paling mereka cintai lebih dari cinta mereka kepada diri, keluarga dan harta.

TERAPI PENYAKIT AL-ISYQ
Sebagai salah satu jenis penyakit, tentulah al-isyq dapat disembuhkan dengan terapi-terapi tertentu. Diantara terapi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jika terdapat peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk meraih cinta orang yang dikasihinya dengan ketentuan syariat dan suratan taqdirnya, maka inilah terapi yang paling utama. Sebagaimana terdapat dalam sahihain dari riwayat Ibn Mas'ud Radhiyallahu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Hai sekalian pemuda, barang siapa yang mampu untuk menikah maka hendaklah dia menikah , barang siap yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa dapat menahan dirinya dari ketergelinciran (kepada perbuatan zina)".

Hadis ini memberikan dua solusi, solusi utama, dan solusi pengganti. Solusi petama adalah menikah, maka jika solusi ini dapat dilakukan maka tidak boleh mencari solusi lain. Ibnu Majah meriwaytkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Aku tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur pernikahan".

Inilah tujuan dan anjuran Allah untuk menikahi wanita, baik yang merdeka ataupun budak dalam firman-Nya:

"Artinya : Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah".[An-Nisa : 28]

Allah menyebutkan dalam ayat ini keringanan yang diberikannya terhadap hambaNya dan kelemahan manusia untuk menahan syahwatnya dengan membolehkan mereka menikahi para wanita yang baik-baik dua, tiga ataupun empat, sebagaimana Allah membolehkan bagi mereka mendatangi budak-budak wanita mereka. Sampai-sampai Allah membuka bagi mereka pintu untuk menikahi budak-budak wanita jika mereka butuh sebagai peredam syahwat, keringanan dan rahmati-Nya terhadap makluk yang lemah ini.

2. Jika terapi pertama tidak dapat dilakukan karena tertutupnya peluang menuju orang yang dikasihinya karena ketentuan syar'i dan takdir, penyakit ini bisa semangkin ganas. Adapun terapinya harus dengan meyakinkan dirinya bahwa apa-apa yang diimpikannya mustahil terjadi, lebih baik baginya untuk segera melupakannya. Jiwa yang berputus asa untuk mendapatkan sesuatu, niscaya akan tenang dan tidak lagi mengingatnya. Jika ternyata belum terlupakan, akan berpengaruh terhadap jiwanya sehingga semangkin menyimpang jauh.

Dalam kondisi seperti ini wajib baginya untuk mencari terapi lain yaitu dengan mengajak akalnya berfikir bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu yang mustahil dapat dijangkau adalah perbuatan gila, ibarat pungguk merindukan bulan. Bukankah orang-orang akan mengganggapnya termasuk ke dalam kumpulan orang-orang yang tidak waras?

Apabila kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicintainya tertutup karena larangan syariat, terapinya adalah dengan mengangap bahwa yang dicintainya itu bukan ditakdirkan menjadi miliknya. Jalan keselamatan adalah dengan menjauhkan dirinya dari yang dicintainya. Dia harus merasa bahwa pintu kearah yang diingininya tertutup, dan mustahil tercapai.

3. Jika ternyata jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran masih tetap menuntut, hendaklah dia mau meninggalkannya karena dua hal, pertama karena takut (kepada Allah) yaitu dengan menumbuhkan perasaan bahwa ada hal yang lebih layak dicintai, lebih bermanfaat, lebih baik dan lebih kekal. Seseorang yang berakal jika menimbang-nimbang antara mencintai sesuatu yang cepat sirna dengan sesuatu yang lebih layak untuk dicintai, lebih bermanfaat, lebih kekal dan lebih nikmat, akan memilih yang lebih tinggi derajatnya. Jangan sampai engkau menggadaikan kenikmatan abadi yang tidak terlintas dalam pikiranmu dengan kenikmatan sesaat yang segera berbalik menjadi sumber penyakit. Ibarat orang yang sedang bermimpi indah, ataupun menghayal terbang melayang jauh, ketika tersadar ternyata hanyalah mimpi dan khayalan, akhirnya sirnalah segala keindahan semu, tinggal keletihan, hilang nafsu dan kebinasaan menunggu.

Kedua keyakinan bahwa berbagai resiko yang sangat menyakitkan akan ditemuinya jika dia gagal melupakan yang dikasihinya, dia akan mengalami dua hal yang menyakitkan sekaligus, yaitu:gagal dalam mendapatkan kekasih yang diinginkannya, dan bencana menyakitkan dan siksa yang pasti akan menimpanya. Jika yakin bakal mendapati dua hal menyakitkan ini niscaya akan mudah baginya meninggalkan perasaan ingin memiliki yang dicinta.Dia akan bepikir bahwa sabar menahan diri itu lebih baik. Akal, agama , harga diri dan kemanusiaannya akan memerintahkannya untuk bersabar sedikit demi mendapatkan kebahagiaan yang abadi. Sementara kebodohan, hawa nafsu, kezalimannya kan memerintahkannya untuk mengalah mendapatkan apa yang dikasihinya . orang yang terhindar adalah orang-orang yang dipelihara oleh Allah.

4. Jika hawa nafsunya masih tetap ngotot dan tidak terima dengan terapi tadi, maka hendaklah berfikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan ditimbulkannya segera, dan kemasalahatan yang akan gagal diraihnya. Sebab mengikuti hawa nafsunya akan menimbulkan kerusakan dunia dan menepis kebaikan yang datang, lebih parah lagi dengan memperturutkan hawa nafsu ini akan menghalanginya untuk mendapat petunjuk yang merupakan kunci keberhasilannya dan kemaslahatannya.

5. Jika terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu mengingat sisi-sisi kejelekan kekasihnya,dan hal-hal yang membuatnya dampat menjauh darinya, jika dia mau mencari-cari kejelekan yang ada pada kekasihnya niscaya dia akan mendapatkannya lebih dominan dari keindahannya, hendaklah dia banyak bertanya kepada orang-orang yang berada disekeliling kekasihnya tentang berbagai kejelekannya yang tersembunyi baginya. Sebab sebagaiman kecantikan adalah faktor pendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya demikian pula kejelekan adalah pendorong kuat agar dia dapat membencinya dan menjauhinya. Hendaklah dia mempertimbangkan dua sisi ini dan memilih yang terbaik baginya. Jangan sampai terperdaya dengan kecantikan kulit dengan membandingkannya dengan orang yang terkena penyakit sopak dan kusta, tetapi hendaklah dia memalingkan pandangannnya kepada kejelelekan sikap dan prilakunya, hendaklah dia menutup matanya dari kecantikan fisik dan melihat kepada kejekan yang diceritakan mengenainya dan kejelekan hatinya.

6. Jika terapi ini masih saja tidak mempan baginya, maka terapi terakhir adalah mengadu dan memohon dengan jujur kepada Allah yang senantiasa menolong orang-orang yang ditimpa musibah jika memohon kepadaNya, hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya dihadapan kebesaranNya, sambil memohon, merendahkan dan menghinakan diri. Jika dia dapat melaksankan terapi akhir ini, maka sesunguhnya dia telah membuka pintu taufik (pertolongan Allah). Hendaklah dia berbuat iffah (menjaga diri) dan menyembunyikan perasaannya, jangan sampai dia menjelek-jelekkan kekasihanya dan mempermalukannya dihadapan manusia, ataupun menyakitinya, sebab hal tersebut adalah kezaliman dan melampaui batas.

PENUTUP
Demikianlah kiat-kiat khusus untuk menyembuhkan penyakit ini. Namun ibarat kata pepatah: mencegah lebih baik daripada mengobati, maka sebelum terkena lebih baik menghindar. Bagaimana cara menghindarinya? tidak lain dengan tazkiyatun nafs.

Semoga pembahasan ini bermanfaat.

[Diterjemahkan oleh : Ustadz Ahmad Ridwan,Lc (Abu Fairuz Al-Medani), Dari kitab : Zadul Ma'ad Fi Hadyi Khairi Ibad, Juz 4, halaman 265-274, Penulis Ibnu Qayyim Al-Jauziah]

Teruskan Nutrisi Cintamu......

TERAPI RASULULLAH DALAM PENYEMBUHAN PENYAKIT AL-ISYQ (CINTA) (Bag 1)

Oleh
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Mukaddimah
Virus hati yang bernama cinta ternyata telah banyak memakan korban. Mungkin anda pernah mendengar seorang remaja yang nekat bunuh diri disebabkan putus cinta, atau tertolak cintanya. Atau anda pernah mendengar kisah Qeis yang tergila-gila kepada Laila. Kisah cinta yang bermula sejak mereka bersama mengembala domba ketika kecil hingga dewasa. Akhirnya sungguh tragis, Qeis benar-benar menjadi gila ketika laila dipersunting oleh pria lain. Apakah anda pernah mengalami problema seperti ini atau sedang mengalaminya? mau tau terapinya? Mari sama-sama kita simak terapi mujarab yang disampaikan Ibnu Qoyyim dalam karya besarnya Zadul Ma'ad.

Beliau berkata : Gejolak cinta adalah jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus disebabkan perbedaannya dengan jenis penyakit lain dari segi bentuk, sebab maupun terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar di dalam hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderitanya sulit disembuhkan.

Allah mengkisahkan penyakit ini di dalam Al-Quran tentang dua tipe manusia, pertama wanita dan kedua kaum homoseks yang cinta kepada mardan (anak laki-laki yang rupawan). Allah mengkisahkan bagaimana penyakit ini telah menyerang istri Al-Aziz gubernur Mesir yang mencintai Nabi Yusuf, dan menimpa Kaum Luth. Allah mengkisahkan kedatangan para malaikat ke negeri Luth

Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata: "Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina ".Mereka berkata: "Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?" Luth berkata: "Inilah puteri-puteri (negeri) ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)". (Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)". [Al-Hijr: 68-72]

KEBOHONGAN KISAH CINTA NABI DENGAN ZAINAB BINTI JAHSY
Ada sekelompok orang yang tidak tahu menempatkan kedudukan Rasul sebagaimana layaknya, beranggapan bahwa Rasulullah tak luput dari penyakit ini sebabnya yaitu tatkala beliau melihat Zaenab binti Jahsy sambil berkata kagum: Maha Suci Rabb yang membolak-balik hati, sejak itu Zaenab mendapat tempat khusus di dalam hati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, oleh karena itu Beliau berkata kepada Zaid bin Haritsah: Tahanlah ia di sisimu hingga Allah menurunkan ayat:

“Artinya : Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan ni`mat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi ni`mat kepadanya : "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mu'min untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi” [Al-Ahzab :37] [1]

Sebagain orang beranggapan ayat ini turun berkenaan kisah kasmaran Nabi, bahkan sebagian penulis mengarang buku khusus mengenai kisah kasmaran para Nabi dan meyebutkan kisah Nabi ini di dalamnya. Hal ini terjadi akibat kejahilannya terhadap Al-Quran dan kedudukan para Rasul, hingga ia memaksakan kandungan ayat apa-apa yang tidak layak dikandungnya dan menisbatkan kepada Rasulullah suatu perbuatan yang Allah menjauhkannya dari diri Beliau .

Kisah sebenarnya, bahwa Zainab binti Jahsy adalah istri Zaid ibn Harisah .--bekas budak Rasulullah-- yang diangkatnya sebagai anak dan dipanggil dengan Zaid ibn Muhammad. Zainab merasa lebih tinggi dibandingkan Zaid. Oleh Sebab itu Zaid ingin menceraikannya. Zaid datang menemui Rasulullah minta saran untuk menceraikannya, maka Rasulullah menasehatinya agar tetap memegang Zainab, sementara Beliau tahu bahwa Zainab akan dinikahinya jika dicerai Zaid. Beliau takut akan cemoohan orang jika mengawini wanita bekas istri anak angkatnya. Inilah yang disembunyikan Nabi dalam dirinya, dan rasa takut inilah yang tejadi dalam dirinya. Oleh karena itu di dalam ayat Allah menyebutkan karunia yang dilimpahkanNya kepada Beliau dan tidak mencelanya karena hal tersebut sambil menasehatinya agar tidak perlu takut kepada manusia dalam hal-hal yang memang Allah halalkan baginya sebab Allah-lah yang seharusnya ditakutinya. Jangan Sampai beliau takut berbuat sesuatu hal yang Allah halalkan karena takut gunjingan manusia, setelah itu Allah memberitahukannya bahwa Allah langsung yang akan menikahkannya setelah Zaid menceraikan istrinya agar Beliau menjadi contoh bagi umatnya mengenai kebolehan menikahi bekas istri anak angkat, adapun menikahi bekas istri anak kandung maka hal ini terlarang.sebagaimana firman Allah:

"Artinya : Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu" [Al-Ahzab: 40]

Allah berfirman di pangkal surat ini:

"Artinya : Dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja" [Al-Ahzab : 4]

Perhatikanlah bagaiamana pembelaan terhadap Rasulullah ini, dan bantahan terhadap orang-orang yang mencelanya. Wabillahi at-Taufiq.

Tidak dipungkiri bahwa Rasulullah sangat mencintai istri-istrinya. Aisyah adalah istri yang paling dicintainya, namun kecintaannya kepada Aisyah dan kepada lainnya tidak dapat menyamai cintanya tertinggi, yakni cinta kepada Rabbnya. Dalam hadis shahih:

"Artinya : Andaikata aku dibolehkan mengambil seorang kekasih dari salah seorang penduduk bumi maka aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih"[2]

KRITERIA MANUSIA YANG BERPOTENSI TERJANGKIT PENYAKIT AL-ISYQ
Penyakit al-isyq akan menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari rasa mahbbah (cinta) kepada Allah, selalu berpaling dariNya dan dipenuhi kecintaan kepada selainNya. Hati yang penuh cinta kepada Allah dan rindu bertemu dengaanNya pasti akan kebal terhadap serangan virus ini, sebagaimana yang terjadi dengan Yusuf alaihis salam:

"Artinya ; Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih" [Yusuf : 24]

Nyatalah bahwa Ikhlas merupakan immunisasi manjur yang dapat menolak virus ini dengan berbagai dampak negatifnya berupa perbuatan jelek dan keji.Artinya memalingkan seseorang dari kemaksiatan harus dengan menjauhkan berbagai sarana yang menjurus ke arah itu .

Berkata ulama Salaf: penyakit cinta adalah getaran hati yang kosong dari segala sesuatu selain apa yang dicinta dan dipujanya. Allah berfirman mengenai Ibu Nabi Musa:

"Artinya ; Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya" [Al-Qasas :11]

Yakni kosong dari segala sesuatu kecuali Musa karena sangat cintanya kepada
Musa dan bergantungnya hatinya kepada Musa.

BAGAIMANA VIRUS INI BISA BERJANGKIT ?
Penyakit al-isyq terjadi dengan dua sebab, Pertama : Karena mengganggap indah apa-apa yang dicintainya. Kedua: perasaan ingin memiliki apa yang dicintainya. Jika salah satu dari dua faktor ini tiada niscaya virus tidak akan berjangkit. Walaupun Penyakit kronis ini telah membingungkan banyak orang dan sebagian pakar berupaya memberikan terapinya, namun solusi yang diberikan belum mengena.

MAKHLUK DICIPTAKAN SALING MENCARI YANG SESUAI DENGANNYA
Berkata Ibn al-Qayyim: ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmahNya menciptakan makhlukNya dalam kondisi saling mencari yang sesuai dengannya, secara fitrrah saling tertarik dengan jenisnya, sebaliknya akan menjauh dari yang berbeda dengannya.

Rahasia adanya percampuran dan kesesuaian di alam ruh akan mengakibatkan adanya keserasian serta kesamaan, sebagaimana adanya perbedaan di alam ruh akan berakibat tidak adanya keserasian dan kesesuaian. Dengan cara inilah
tegaknya urusan manusia. Allah befirman:

"Artinya : Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya” [Al-A'raf :189]

Dalam ayat ini Allah menjadikan sebab perasaan tentram dan senang seorang lelaki terhadap pasangannya karena berasal dari jenis dan bentuknya. Jelaslah faktor pendorong cinta tidak bergantung dengan kecantikan rupa, dan tidak pula karena adanya kesamaan dalam tujuan dan keingginan, kesamaan bentuk dan dalam mendapat petunjuk, walaupun tidak dipungkiri bahwa hal-hal ini merupakan salah satu penyebab ketenangan dan timbulnya cinta.

Nabi pernah mengatakan dalam sebuah hadisnya:

"Artinya : Ruh-ruh itu ibarat tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih "[3]

Dalam Musnad Imam Ahmad diceritakan bahwa asbabul wurud hadis ini yaitu ketika seorang wanita penduduk Makkah yang selalu membuat orang tertawa hijrah ke Madinah ternyata dia tinggal dan bergaul dengan wanita yang sifatnya sama sepertinya yaitu senang membuat orang tertawa. Karena itulah nabi mengucapkan hadis ini.

Karena itulah syariat Allah akan menghukumi sesuatu menurut jenisnya, mustahil syariat menghukumi dua hal yang sama dengan perlakuan perbeda atau mengumpulkan dua hal yang kontradiktif. Barang siapa yang berpendapat lain maka jelaslah karena minimnya ilmu pengetahuannya terhadap syariat ini atau kurang memahami kaedah persamaan dan sebaliknya.

Penerapan kaedah ini tidak saja berlaku di dunia lebih dari itu akan diterapkan pula di akhirat, Allah berfirman:

"Artinya : (kepada malaikat diperintahkan): Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah" [As-Shaffat : 23]

Umar ibn Khtaab dan seteelahnya Imam Ahmad pernah berkata mengenai tafsiran wajahum yakni yang sesuai dan mirip dengannya .Allah juga berfirman

"Artinya : Dan apabila jiwa dipertemukan" [At-Takwir : 7]

Yakni setiap orang akan digiring dengan orang-orang yang sama prilakunya dengannya, Allah akan menggiring antara orang-orang yang saling mencintai kareNya di dalam surga dan akan menggiring orang orang yang saling bekasih-kasihan diatas jalan syetan di neraka Jahim, tiap oran akan digiring dengan siapa yang dicintainya mau tidak mau. Di dalam mustadrak Al-Hakim disebukan bahwa Nabi bersabda:

"Artinya : Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali akan digiring bersama mereka kelak" [4]

[Diterjemahkan oleh : Ustadz Ahmad Ridwan,Lc (Abu Fairuz Al-Medani), Dari kitab : Zadul Ma'ad Fi Hadyi Khairi Ibad, Juz 4, halaman 265-274, Penulis Ibnu Qayyim Al-Jauziah]
_________
Foote Note
[1]. Ini berita batil yang diriwayatkan oleh Ibn Sa'ad dalam at-Tabaqat/101-102, dan al-Hakim 3/23 dari jalan Muhammad ibn Umar al Waqidi seorang yang Matruk (ditinggalkan)-- dan sebagian menggapnya sebagai pemalsu hadis, dari Muhakmmad ibn Yahya ibn Hibban--seorang yang siqah –namun riwayat yang diriwayatkannya dari Nabi sekuruhnya mursal. Kebatilah riwayat ini telah diterangkan oleh para ulama almuhaqqiqin. Mereka berkata: Penukil riwayat ini dan yang menggunakan ayat ini sebagai dalil terhadap prasangka buruk mereka mengenai Rasulullah sebenranya tidak meletetakkan kedudukan kenabian Rasulullah sebagaimana layaknya, dan tidak mengerti makna kemaksuman Beliau. Sesungguhnya yang disembunayikan Nabi di dalam dirinya dan belakangan Allah nampakkan adalah berita yang Allah sampaikan padanya bahwa kelak Zaenab akan menjadi istrinya. Faktor yang membuat nabi menyembunyikan berita ini tidak lain disebabkan perasaan takut beliau terhadap perkataan orang bahwa Beliau tega menikahi istri anak angkatnya . Sebenarnya dengan kisah ini Allah ingin membatakan tadisi jahiliyyah ini dalam hal adopsi , yaitu dengan menikahkan Rasulullah dengan istri anak angkatnya. Peristiwa yang terjadi dengan Rasulullah ini sebagai pemimpin manusia akan lebih diterima dan mengena di hati mereka.. Lihat Ahkam Alquran 3/1530,1532 karya Ibn Arabi dan Fathul Bari 8/303, Ibn Kastir 3/492, dan Ruhul Ma'ani 22/24-25.
[2]. Hadis diriwayatkan oleh Bukhari 7/15 dalam bab fadhail sahabat Nabi, dari jalan Abdullah ibn Abbas, dan diriwayatkan oleh Imam Muslim (2384) dalam Fadail Sahabat, bab keutamaan Abu Bakar, dari jalan Abdullah ibn Masud, dan keduanya sepakat meriwayatkan dari jalan Abu Sa'id al-khudri.
[3]. Hadis Riwayt Bukhari 7/267dari hadis Aisyah secara muallaq, dan Muslim (2638) dari jalan Abu Hurairah secara mausul
[4]. Diriwayatkan oleh Ahmad 6/145, 160, dan an-Nasai dari jalan Aisyah Bahwa Rasulullah Saw bersabda: Aku bersumpah terhadap tiga hal, Allah tidak akan menjadikan orang-orang yang memiliki saham dalam Islam sama dengan orang yang tidak memiliki saham, saham itu yakni: Sholat, puasa dan zakat. Tidak lah Allah mengangkat seseorang di dunia, kemudain ada selainNya yang dapat mengankat (derajatnya) di hari kiamat. Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali kelak Allah akan menggumpulkannya bersama (di akhirat). Kalau boleh aku bersumpat terhadap yang keempat dan kuharap aku tiodak berdosa dalam hal ini yaitu tidaklah seseorang memberi pakaian kepada orang lain (untuk menutupi auratnya) kecuali Allah akn memberikannya pakaian penutup di hari kiamat. Para perawi hadis ini stiqah kecuali Syaibahal-khudri (di dalam Musnad di tulis keliru dengan al-isyq-hadromi). Dia meriwayatkan dari Urwah, dan dia tidak di tsiqahkan kecuali oleh Ibn Hibban, namun ada syahidnya dari hadist Ibn Masud dari jalur Abu Yala, dan Thabrani dari jalur Abu Umamah, dengan kedua jalan ini hadis ini menjadi sahih.

Teruskan Nutrisi Cintamu......

2.12.2009

Cinta dan Nafsu


Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.

Hikam:
“Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik.” (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)

Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita.

Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah cirinya adalah orang yang tidak memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cobaan buat kita yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin bergelora hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang paling berbahaya dari cinta yang tidak terkendali.

Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin diminum semakin haus.

Cinta yang sejati adalah cinta yang setelah akad nikah, selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.

Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan saling bersentuhan.

Bagi orang tua yang membolehkan anaknya berpacaran, harus siap-siap menanggung resiko. Marilah kita mengalihkan rasa cinta kita kepada Allah dengan memperbanyak sholawat, dzikir, istighfar dan sholat sehingga kita tidak diperdaya oleh nafsu, karena nafsu yang akan memperdayakan kita. Sepertinya cinta padahal nafsu belaka.


Teruskan Nutrisi Cintamu......

6 Tingkatan Cinta

Menurut Ibnu Qayyim dalam bukunya yang berjudul "Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu" ada enam tingkatan cinta yaitu:

1. Peringkat pertama adalah Tatayyum, tingkatan cinta yang paling tinggi dan merupakan hak Allah SWT,
"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)." (Qs.2:65)

[106]Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah.

Allahlah yang paling utama tiada tandingan tak ada bandingan. Posisinya tidak boleh digeser menjadi nomer dua atau bahkan tiga.Cinta kita kepada-Nya harus menjadi puncak dari segala cinta yang kita miliki.

2. Peringkat kedua adalah 'Isyk yang hanya merupakan hak Rasulullah SAW. Cinta yang melahirkan sikap hormat, patuh, ingin selalu membelanya, ingin mengikutinya, mencontohnya, dll. Namaun, bukan untuk menghambakan diri kepadanya. Kita mencintai Rasulullah dengan segenap konsekuensinya. Kita akan dengan bangga menjalankan sunnah-sunnahnya dan mengkuti petunjuknya dalam mengamalkan agama ini. Kita juga akan mencintai khidupannya yang luhur dan penuh amal shalih. Kita rindu berjumpa dengannya karena kemuliaan yanga ada pada diri beliau. Namun, kecintaan kita bukanlah menuntut pada diri beliau. Namun, kecintaan kita bukanlah menuntut sebuah penghambaan. Kecintaan menuntut sebuah amal yang bisa meneladani akhlaknya. Cinta kita kepada Rasulullah mendorong kita untuk membela agama ini dengan kekuatan yang kita miliki. Demikian juga membela sunnahnya bila sunnahnya diinjak-injak oleh orang lain.

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs.3:31)

3. Peringkat ketiga adalah Syauq yaitu cinta antara mukmin dengan mukmin lainnya. Antara suami isteri, antara orang tua dan anak, yang membuahkan rasa mawaddah wa rahmah. Seorang suami harus mencintai isterinya dengan sepenuh hati. Demikian pula si isteri harus memberi cintanya kepada suaminya. Cinta yang tumbuh pada diri mereka akan menambah ketentraman hati dan ketenangan jiwa. Hidup akan lengkap, karena saling mengerti dan memahami. Manakala terjadi konflik atau perbedaan pendapat, akan mudah diselesaikan karena aspek cinta mereka yang begitu besar. Kadang boleh saja emosi meninggi, namun ia akan menjadi redam ketika cinta menjadi pertimbangan utama. Seorang ayah yang begitu perhatian kepada anaknya, mencurahkan cintanya kepada buah hatinya. Dia menyayangi nya dan rela bekerja siang dan malam untuk anak-anaknya. Selain karena ibadah kepada-Nya, dia melakukannya juga karena cinta.

3.Peringkat ke empat adalah Shababah yaitu cinta sesama muslim yang melahirka ukhuwah Islamiyah. Cinta ini menuntut sebuah kesabaran untuk menerima perbedaan dan melihatnya sebagai sebuah hikmah yang berharga. Seperti kita ketahui saat ini sedikit perbedaan saja seringkali menimbulkan perpecahan. Berbeda takbiratul ihram, berbeda gerakan shalat, berbeda hari Idul Fitri atau Idul Adha kadang tidak disikapi secara dewasa. Sehingga masalah pun muncul dan membuat jurang pemisah yang teramat dalam antar pengikutnya. Belum lagi kalau kita lihat betapa banyaknya kelompok harakah Islamiyah yang bermunculan. BIla cinta ini ada, insya Allah segala perbedaan bisa disinergiskan. Tidak semua perbedaan harus dipaksa sama, tapi kadang hanya membutuhkan sedikit pengertian saja. Cinta ini harus dimunculkan sebagai sebentuk upaya untuk menciptakan kenyamanan hubungan dalam tubuh umat Islam.

5. Peringkat kelima 'Ithf (simpati) yang ditujukan kepada sesama manusia. Rasa simpati ini melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, termasuk pula di dalamnya adalah berdakwah. Rasa ini seringkali muncul bila sisi kemanusian kita tersentuh. Di saat melhiat seorang anak kecil di sebuah gubuk dengan wajah penuh penderitaan, atau saat melihat korban musibah bencana alam berjatuhan, tentu saja mengetuk kepedulian kita yang terdalam. Sisi kemanusiaan kita menjadi tersentuh dan ingin menitikkan air mata. Hati kita tidak tega melihat sebuah penderitaan yang tak kunjung berakhir. Inilah bentuk simpati yang muncul dari hati yang paling dalam.

6. Peringkat ke-6 adalah cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta atau keinginan selain kepada manusia:harta benda. Namun, seringkali keinginan ini sebatas intifa' (pendayagunaan/pemanfaatan). Cinta jenis ini pula yang sering menggelincirkan manusia. Karena sifat harta memang selalu melenakan. Namun, bila kita cerdas,banyaknya harta benda seharusnya tidak menjadikan kita terlena. Sebaliknya, ia hanya menjadi sarana untuk meraih cinta yang sebenarnya yaitu cinta kepada Allah ta'ala.

---***---

Dikutip dari Buku karya Burhan Sodiq dengan judul "Ya Allah, Aku Jatuh Cinta!" Mengelola Cinta Tanpa Harus Terkena Dosa.

Teruskan Nutrisi Cintamu......

Renungan Cinta

cinta itu membuat engkau buta

akan cela yang dicinta

dan engkau rela

pada apapun keadaannya

cinta itu ketika menghujam

membuatmu siap berkorban

untuk yang dicinta

meskipun hatimu terluka…

Sungguh ajaib sebuah perasaan yang tak dapat diterjemahkan…

Sebuah karunia Ilahi…. yang patut disyukuri dan dikontrol agar sesuai dengan Fitrah. Harus bisa menempatkan Cinta pada posisi yang sesuai. Tingkatan Cinta ……Cinta Allah, Rasul, Islam, OrangTua, Suami/Istri/anak2, harta, pangkat kedudukan, dll inilah cinta pada tingkatan terendah. Dan cinta pada tingkatan yg tertinggi adalah cinta pada Allah, Rasul, dan Islam. Memperjuangkan Tegaknya Aturan2 Islam dalam kehidupan itulah jihad yang tertinggi yang Allah cintai.

Tuhanku…IF aku jatuh cinta THEN buat cintaku padaMu Bertambah.

Buatlah cintaku padaMu semakin mendalam dihati.

Buatlah aku untuk bisa selalu bersyukur atas nikmat yang telah Engkau berikan.

Buatlah aku selalu tunduk pada aturan2 yang telah Engkau tetapkan dan ikhlaskanlah hatiku untuk menjalankan aturan itu.

Allahu..Rabbi…

Buatlah aku bisa mencintai orang2 yang juga mencintaiMu.

Jauhkan aku dari iri dan dengki…

Rabb…

IF aku sendiri dan merasa sepi THEN aku ingin Engkau mereview sikap2ku selama ini agar aku dapat melihat siapa diri ini. Tapi dengan apa aku bs menilai diriku yang sebenarnya. sesungguhnya telah banyak aib yang telah Engkau tutupi dari keburukan diriku. apa aku bisa menilai diriku sendiri? Apa aku tidak terlalu angkuh untuk berbicara tentang siapa diriku? Rasanya aku hampir setiap hari pernah melakukan kesalahan. tidak bisa tersenyum dikala penat beban didada. tak bisa menyenangkan hati hamba2Mu yg lain. Kenapa ? Kenapa hati ini seperti ini? Harusnya aku masih bisa tersenyum setiap saat. Harusnya aku bisa menjalani semuanya dengan lapang dada. Toh segala yang ada setiap kebaikan adalah datang dariMu.

Itulah aku selalu butuh untuk berdialog denganMu. Aku bisa mengaduh pdMu setiap saat aku mau. aku mensucikan diriku, aku akan membersihkan hatiku, untuk kemudian aku bersujud padaMu dikeheningan malam. aku bisa rasakan air yang membasahi muka disaatku bersuci. aku dapat meresapi sujud kepadaMu. dengan rasa kecilku sebagai hamba. kecil bagai debu dijagad ini. mungkin bahkan lebih kecil dari itu dalam pandanganMu.

Cinta kadang membuat orang lupa segalanya. Tapi atas bimbingan Allahlah menyebabkan seseorang tidak terlalu berlebihan dalam mencintai selainNya.

kenapa kita mencintai berlebihan sesuatu yang tiada abadi? kalo kita dikecewakan oleh orang yang kita cintai Toh kita tak bisa berbuat apa2 hanya bisa menerima dan membalas dg perlakuan yang samapun tak akan ada gunanya. karna kita perlu belajar untuk bisa membalas kejelekan dengan kebaikan dan membalas kebaikan dengan kebaikan pula.

IF kita mencintai Allah SWT yang kekal dan abadi. THEN Kita tidak akan pernah dikecewakannya. PERSEPSI kita yang mengatakan bahwa IF kita mendapat kemalangan THEN itu pertanda buruk. Padahal belum tentu. Possible lain yang tentu baik. Jalan yang terbaik selalu POSITIF THINGKING sama Allah SWT. Bahwa Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kita.

Taman orang2 yang sedang jatuh cinta…..

Tapi alangkah lebih indah jika jatuh cinta pada Sang Pencipta. Yang telah memberi kita kehidupan. Yang membuat dunia dan jagad raya ini semakin mengembang dan pada akhirnya menuju kesatu titik yaitu Pencipta segalanya.

Teruskan Nutrisi Cintamu......

Cinta Dalam Pandangan Islam


Arti Cinta
Cinta adalah persaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri. Dan terpautnya
hati org yg mencintai pada pihak yg dicintainya, dg semangat yg menggelora
dan wajah yg selalu menampilkan keceriaan.

Cinta dlm pengertian spt ini mrpk persaaan mendasar dalam diri mns, yg tdk
bisa terlepas dan merupakan sesuatu yg essensial. Dlm banyak hal, cinta
muncul utk mengontrol keinginan ke arah yg lebih baik dan positif. Hal ini
dpt terjadi jk org yg mencintai menjadikan cintanya sbg sarana utk meraih
hasil yg baik dan mulia guna meraih kehidupan sbgmn kehidupan org2 pilihan
dan suci serta org2 yg bertaqwa dan selalu berbuat baik.
Apakah Islam mengakui cinta?
Krn Islam adalah agama yg fitrah, maka Islam mengakui ttg hal ini. Hal yg
sangat mendasar dalam diri manusia. Namun Islam membagi beberapa tingkatan
ttg cinta. Dan tingkatan2 cinta ini akan selalu ada dalam kehidupan ini
sampai saatnya bumi dan seisinya dihancurkan oleh Allah.
Adapun dasar ttg tingkatan cinta dalam Islam, adalah firman Allah pada QS.
9 (At Taubah): 24).
“Jika bapak2, anak2, saudara2, pasangan2, dan kaum keluarga kalian, harta
kekayaan yg kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan kerugiannya,
dan rumah2 tempat tinggal yg kalian sukai, lebih kalian cintai daripada
Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang2 yg
fasik”
Cinta pada tingkat tertitinggi adalah cinta kepada Allah, rasulNya dan
jihad dijalanNya.
Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada ortu, anak, keluarga, pasangan
dan saudara.
Adapun cinta yg paling rendah adalah cinta yg lebih mengutamakan harta,
keluarga, daripada cinta kepada Allah, RasulNya dan jihad dijalanNYa.
Hikmah dari Cinta:

1. Cinta adalah proses ujian yg keras dan pahit dalam kehidupan manusia.
Apakah cinta itu dalam perjalanannya akan menghantarkannya kepada jalan yg
mulia atau menghempaskannya kepada jalan yg hina.
2. Jika tidak ada cinta maka di dunia ini tidak akan ada inovasi,
pembangunan dan peradaban.
3. Keberadaan cinta merupakan faktor dominan dalam melestarikan eksistensi
manusia dan interaksinya dengan sesama manusia.
# Ketika cinta diarahkan kpd kebaikan, mk cinta dapat membawa keutuhan,
perdamaian, kebaikan pada kehidupan bermasyarakat.
# Cinta yg ditumbuhkan oleh factor keimanan, maka akan menghasilkan
berbagai hal yg mengagumkan. Dapat mengubah sejarah, menegakkan puncak
kejayaan dan kemuliaan dunia. Sebagai contoh adalah kehidupan generasi
muslim pada masa dahulu.
Dan masih banyak lagi hikmah yg lain dari adanya rasa cinta pada diri
manusia.
Fenomena yg timbul dari tingkatan2 cinta yg ada akan menimbulkan efek yg
berbeda
Pada fenomena tingkatan cinta yg tertinggi, maka akan membuat seseorg
dalam hidupnya untuk selalu mendahulukan cinta kepada Allah , RasulNya dan
jihad dijalannya. Dalam kehidupannya sehari2 tidak ada orientasi selain
kepada Allah. Dia akan selalu merasa yakin bahwa segala sesuatu yg telah
Allah tetapkan adalah yg terbaik bagi manusia Bahwa Allah lebih mengetahui
daripada makhluknya. Kemudian, bagi seseorg yg sudah merasakan nikmatnya
iman, maka dia akan selalu meneladani kepribadian Rasulluh, mencintai
Rasululluh, kmdn dia juga akan mencintai jihad dijalanNya. Akan berjuang
dengan segala apa yg dia miliki.
Firman Allah pada Qs. 28:68.
“Rabbmu menciptakan apa yg Dia kehendaki dan memilih (seorg Rasul diantara
hambaNYa). Sekali2 tidak ada pilihan bagi mereka. Maha suci Allah dan
MahaTinggi dari apa yg mereka persekutukan (denganNya)
Qs. 33: 36
“Tidaklah patut bagi seorg mukmin baik laki2 maupun perempuan jika Allah
dan RasulNya telah menetapkan bagi mereka suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan yg lain dalam urusan mereka…”
Qs.2:140
“Apakah kalian yang lebih mengetahui ataukah Allah?…”
Qs. 2 : 282
“…dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
Adapun dampak yg disebabkan oleh cinta tingkat menengah dalam membentuk
karakter individu, keluarga, dan masyarakat telah amat nyata. Jika tidak
Allah ciptakan cinta pada suami –istri maka tidak akan tercipta keluarga,
tidak akan lahir anak-cucu, tidak akan terjadi proses mengasuh, mendidik
dan memelihara anak.Jika tdk Allah ciptakan cinta pada anak, niscaya dalam
jiwanya tidak akan ada semnagat kekeluargaan, tidak akan kokoh iktakan
kekeluragannnya, tidak akan mengasihi saudaranya. Jika tdk Allah tanamkan
rasa cinta pada manusia maka, mk tidak akan tercipta hubungan social antar
bangsa yg dibangun atas prinsip ta’aruf (saling mengenal)
Dengan demikian cinta tingkat menengah ini amat penting untuk menciptakan
kemashalatan pribadi dan keluarga khususnya dan untuk merealisasikan
kemaahalatan antar bangsa dan seluruh ummat manusia pada umumnya.
Firman Allah tentang hal ini terdapat pada Qs. 49:10
“Sesungguhnya orang2 mukmin itu bersaudara…”
Qs. 49 : 13
“ Wahai manusia seseungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari jenis
laki2 dan perempuandan Kami telah menjadikan kalian berbangsa2 dan
bersuku2 agar kalian saling mengenal…”
Hadits riwayat Bukhari-muslim
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berbuat
baik kepada tetangganya .., hendaklah dia menghormati tamunya”
Dan masih banyak lagi ayat dan hadist yg menceritakan tentang hubungan
antar manusia.
Fenomena Cinta tingkat rendah
Cinta jenis ini ada beberapa macam:
1. Mencintai thougut dan sesembahan selain Allah, seperti menyembah
manusai, batu dsb.
Qs. 2: 165
“Diantara manusia ada orang2 yg menyembah tuhan2 selain Allah. Mereka
mencintai tuhan itu sebagaimana mereka ( org2 mukmin yg mukhlis) mencintai
Allah. Adapun org2 yg beriman jauh lebih besar cintanya kepada Allah
(disbanding cinta org2 kafir terhadap tuhan2 mereka)…”
2. Menjalin tali kasih kepada musuh2 Allah.
Qs. 60:1
“Hai org2 yg beriman, jgnlah kalian menjadikan musuhKU dan musuh kalian
sebagai teman2 setia, yg kalian sampaikan kepada mereka (rahasia org2
mukmin) karena kasih sayang (kepada mereka), padahal sebenarnya mereka
telah ingkar terhadap kebenaran (kitab dan Rasul) yg datang kepada
kalian..”
3. Mengumbar syahwat dan berkubang dalam Lumpur kekejian dan kehinaan.
Qs.3:14
“Dijadikanlah indah pada (hati) manusia kecintaan kepada apa2 yg diingini,
yaitu wanita2…”
4. Mencintai ayah,ibu,anak, istri, suami, keluarga, karir, tanah air
melebihi cintanya kepada Allah, RasulNya dan Jihad dijalannya.
Qs.9:24.
“Jika bapak2, anak2, saudara2, pasangan2, dan kaum keluarga kalian, harta
kekayaan yg kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan kerugiannya,
dan rumah2 tempat tinggal yg kalian sukai, lebih kalian cintai daripada
Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang2 yg
fasik”
Nabi salallahu ‘alaihiwassalam bersabda:
“Tidak sempurna iman seseorg dari kalian hingga aku lebih dia cintai
daripada bapak-ibunya, anaknyadan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
5. Menuhankan hawa nafsunya,
Qs. 45:23
“ Bagaimanakah pendapatmu tentang org menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya dan Allah membirakannya sesat berdasarkan ilmuNya?…
Dengan demikian bagi seorang mukmin yg telah diliputi oleh manisnya iman,
maka ia tidak akan rela jika dirinya diliputi oleh cinta pada tingkatan yg
rendah yg akan membunuh karakter manusia dan menghancurkan kemuliaannya.
Bahkan ia akan menjaga kesetiaannya hanya kepada Allah saja. Dia akan
menjaga cintanya untuk tidak akan memberikannya kepada mush2 Islam, Dia
akan menjaga syahwatnya, dan tidak melakukannya dijalan yg bahtil.Dia
tidak akan mencintai kekayaannya, pasangan, anak, orag tuanya,
keluarganya, kedudukannya melebihi cintanya kepada Allah, RasulNya dan
jihad dijalanNya.
Pada akhirnya hanya diri kita sendiri yg akan menentukan pada tingkatan
cinta yg mana kita berada. Dan hal ini hanya Allah dan diri kita saja yg
tahu.
Semoga Allah senantiasa menjaga diri kita agar tidak terjebak pada cinta
tingkat rendah.
Ini saja yg biasa saya sampaikan, mohon maaf atas segala kekhilafan.
Kebenaran hanyalah milik Allah SWT.
**
Sumber: www.kajianmuslimah.wordpress.com

Teruskan Nutrisi Cintamu......

Cinta Sejati Atau Cinta Buta


Terkadang kita bertanya pada diri sendiri tentang perasaan seseorang, baik terhadap diri kita sendiri, keluarga, sahabat maupun orang lain. Apakah sebenarnya “Cinta” yang dia berikan, “Cinta Sejatikah atau Cinta Buta?”

Berikut ini saya mencoba untuk memaparkan sebahagian yang menyangkut hal-hal tersebut sebagai perbandingan antara “Cinta Sejati dengan Cinta Buta” yang dikutip dari buku berjudul “Biarkan Cinta Bersemi” dan ditulis oleh FATHI MUHAMMAD ATH-THAHIR.

A. Kesamaan antara Cinta Sejati dan Cinta Buta

Cinta Sejati
• Cinta sejati adalah pertemuan ruh dan bersambungnya jiwa-jiwa antara yang mencintai dan yang dicintai.
• Hatinya sibuk dengan yang dicintainya.
• Perasaan menggelora, sentuhan dan kasih sayang antara laki-laki dan perempuan.

Cinta Buta

• Cinta buta itu dimulai dari bertemunya ruh dan bersambungnya jiwa-jiwa antara pecinta buta dan yang dicintai.
• Sangat cinta dalam percintaan “cinta buta”.
• Dimulai dengan perasaan, sentuhan, dan kasih sayang antara laki-laki dan perempuan.

B. Perbedaan antara Cinta Sejati dan Cinta Buta

Cinta Sejati
1. Cinta sejati adalah cinta yang disyariatkan antara laki-laki dan perempuan.
2. Sangat cinta adalah tingkatan cinta yang tidak dikategorikan cinta sejati kecuali apabila berjalan sebentar dan berakhir.
3. Cinta sejati mendorong pemakmuran alam semesta dengan aktivitas dan inovasi.
4. Cinta sejati mendorong melanjutkan eksistensi manusia dengan menikah dan berketurunan secara benar.
5. Cinta sejati memperkuat ikatan keluarga dan bekerja mengharmoniskan hubungan masyarakat.
6. Cinta sejati berdasarkan iman melahirkan cahaya dalam hati, dan dengannya tercipta keajaiban dalam kebaikan.
7. Dapat menjadikan tujuan cinta sejati antara suami dan istri sebagai bentuk mengikuti cinta yang tertinggi, seperti cinta kepada Allah, misalnya.
8. Di antara tabiat cinta sejati adalah ketenangan, kasih sayang, kelembutan, kedamaian, kegembiraan, kebahagiaan, dan ketenteraman hati.
9. Hati pencinta berada dalam genggamannya sesuai kondisi yang dicinta. Jika keadaannya bagus, bertambahlah cinta, dan jika keadaan tidak baik, cinta akan berkurang.
10. Jika pencinta kehilangan kekasihnya, dia tetap sehat akan dan badannya.

Cinta Buta

1. Cinta buta selalu berlebih-lebihan dalam cinta sehingga yang dicintai menguasai hati pencinta buta tanpa berdasarkan syariat.
2. Sangat cinta artinya cinta buta, dan menjadi permulaan tenggelam, gila, dan tidak teratur, serta biasanya dengan syahwat.
3. Pencinta buta tidak menyibukkan diri dari urusan agama dan dunia.
4. Anak yang terlahir dari pasangan cinta buta mewarisi “kegilaan” dari orang tuanya.
5. Cinta buta meregangkan hubungan keluarga dan menebarkan bibit-bibit permusuhan di masyarakat.
6. Jika cinta buta menempati hati, kuat kekuasaannya, ia merusak akal, bahkan bisa jadi pelakunya gila, juga melemahkan kekuatan, selanjutnya menciptakan kerusakan-kerusakan.
7. Hati yang paling jauh dari Allah adalah hati para pecinta buta karena senantiasa melihat gambar atau potret bentuk wanita.
8. Di antara tabiat cinta buta adalah kegelisahan, kesediahan, gila, kurus, napas tak teratur, dan hati tersiksa.
9. Hati pencinta buta ditawan dalam genggaman selainnya yang mencelakakan, dan dia tidak dapat lepas baik itu dalam keadaan kekasihnya baik maupun tidak baik.
10. Jika cinta buta kehilangan kekasihnya, umumnya dia bisa hilang akalnya, dan bisa bunuh diri.

Teruskan Nutrisi Cintamu......

Definisi Cinta


Apabila cinta memanggilmu, ikutlah dengannya, walaupun jalan yang akan kalian lalui terjal berliku. Dan bila sayap-sayapnya datang merengkuhmu, pasrah serta menyerahlah, meskipun pedang yang tersembunyi di balik sayap itu akan melukaimu. Dan jika dia bicara kepadamu, percayalah, walau ucapannya akan membuyarkan mimpi-mimpimu, bagai angin utara yang memporak-porandakan taman. Sebagaimana ia memahkotaimu, cinta juga akan menyalibmu. Sebagaimana ia menumbuhkan kuncup dedaunmu, maka ia juga akan memotong akar-akarmu.
(Kahlil Gibran, Sang Nabi)

Cinta. Setiap kali kata ini disebut, jiwa manusia pun bergetar, terbuai oleh perasaan indah nan mulia. Telah banyak para pujangga dan orang-orang bijak berbicara tentang cinta, namun cinta bagaikan mata air yang tak pernah kering walau terus-menerus diambil airnya. Tidak sedikit orang yang berusaha memahami cinta, namun cinta bagaikan sebuah buku yang tidak pernah lekang dimakan waktu, tidak akan bosan orang yang membacanya, dan tidak akan selesai orang yang membicarakannya. Kalau kita membaca buku atau bertanya kepada sebagian orang tentang definisi cinta, maka kita akan mendapatkan jawaban yang berbeda. Tetapi, jika diperhatikan lebih mendalam, kita bisa mengelompokkan definisi cinta, secara umum dan khusus. Cinta dalam pengertian umum bisa didefinisikan sebagai fitrah atau naluri dasar manusia yang tak dapat terpisahkan di dalam kehidupan manusia itu sendiri (Abdullah Nashih Ulwan, Manajemen Cinta). Contoh dari cinta ini adalah cinta terhadap keluarga, teman, harta, dan sebagainya. Sedangkan cinta dalam pengertian khusus biasanya berkisar tentang hubungan antara pria dan wanita. Cinta jenis inilah yang mendapat porsi perhatian terbesar manusia, karena didalamnya terdapat sebuah misteri yang menyebabkan manusia merasakan sejuta rasa di dalam kehidupan ini.

Berdasarkan cinta dalam pengertian khusus inilah, seorang ulama yang bernama Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah (semoga Allah merahmatinya) yang hidup pada abad ke-800 H (sekitar tahun 1400 M) menulis sebuah buku yang berjudul Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu. Beliau seorang ulama yang banyak meninggalkan tulisan-tulisannya yang berharga dan kitab-kitabnya yang sampai sekarang menjadi rujukan bagi para penuntut ilmu. Tulisan-tulisan beliau terkenal dengan keindahan gaya bahasanya dan tutur katanya yang sangat bagus di dalam menerangkan suatu masalah. Dan hal ini diakui oleh ulama-ulama yang datang sesudah beliau dan orang-orang yang membaca karya-karyanya.

Di dalam buku ini beliau mampu menampilkan hakikat fitrah cinta dua anak manusia yang berlainan jenis dan keterangan beliau ditunjang oleh dalil-dalil dari al-Quran dan Sunnah, masalah-masalah fiqih, kisah-kisah yang menarik dan syair-syair yang indah.Buku yang terbagi atas 29 bab ini dimulai dengan mengenalkan istilah-istilah cinta dalam bahasa Arab. Tidak seperti bangsa Yunani yang hanya mengenal 3 istilah untuk cinta (philia, eros, agape), bangsa Arab mempunyai 60 istilah cinta seperti mahabbah, ‘alaqah, hawa, dan sebagainya dimana 50 diantaranya dijelaskan didalam buku ini, dimulai dari pengertiannya, penjelasannya, dan hubungan diantara istilah-istilah tersebut. Selanjutnya, beliau menjelaskan ada 3 motif (sebab) yang menyebabkan seseorang jatuh cinta: (hal. 50)

1. Sifat orang yang dicintai dan pesona keindahannya
Jika orang yang dicintai memiliki daya pesona keindahannya, pesona itu benar-benar bisa ditangkap oleh orang yang mencintainya. Boleh jadi pesona keindahan itu sendiri hanya biasa-biasa saja di mata orang lain, tetapi di mata orang yang mencintai, pesonanya tampak sempurna sehingga orang yang mencintai tidak melihat seorang pun yang lebih menawan dari orang yang dicintai, sebagaimana perkataan seorang penyair :

Aku tak tahu apakah pesonanya yang memikat
Atau mungkin akalku yang tidak lagi ditempat (h. 51)

2. Perasaan terhadap orang yang mencintai terhadap orang yang dicintai

3. Keselarasan dan kesesuaian antara yang mencintai dan dicintai
Faktor ketiga inilah yang mempertautkan jiwa diantara keduanya dan yang merupakan pemicu timbulnya cinta yang paling kuat. Hal ini karena setiap orang akan condong kepada siapa yang sesuai dengannya.

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)".(An-Nuur : 26)

Sehingga, seseorang pernah berkata, ”Cinta adalah cermin bagi seseorang yang sedang jatuh cinta untuk mengetahui watak dan kelemahlembutan dirinya dalam citra kekasihnya. Karena sebenarnya, ia tidak jatuh cinta kecuali terhadap dirinya sendiri. Jika cinta tumbuh karena kesesuaian dan kecocokan, maka cinta itu akan menjadi kokoh dan kuat, tidak akan sirna kecuali oleh penghambat yang lebih kuat dari penyebab cinta itu sendiri. Jika cinta dilatarbelakangi tujuan tertentu pada diri orang yang dicintai, maka cinta itu akan cepat sirna jika tujuan dibalik cinta itu sirna. Sebagian dokter berkata, ”Cinta adalah keterpaduan jiwa dan jiwa, karena adanya kesesuaian dan kecocokan. Jika air bercampur dengan air, maka keduanya sulit dipisahkan. Sehingga cinta antara 2 orang sudah menyatu, yang satu akan menderita karena penderitaan yang lain, yang satu ikut sakit karena yang lain sakit, tanpa disadarinya." (h. 57)

Yang pertama kali menyebabkan tumbuhnya cinta di dalam diri manusia adalah pandangan matanya. Hal ini seperti sebuah syair :

Permulaan cinta indah menawan di hati
Akhirnya kematian laksana permainan
Ia bermula dari pandangan dan canda
Menyala di hati laksana bara api
Seperti api yang bermula dari percikan
Jika membesar ia ‘kan membakar semua kayu (h. 154)

Mata mempunyai pengaruh yang sangat besar di dalam tumbuhnya cinta yang terkadang bisa membahayakan bagi pemiliknya apabila ia tidak menjaga pandangan matanya. Karena mata itu berhubungan dengan hati, maka mata merupakan cermin hati. Jika seseorang menahan pandangan matanya, berarti dia menahan syahwat dan keinginan hatinya. Jika dia mengumbar pandangan matanya, berarti dia mengumbar syahwat hatinya (h. 71). Itulah mengapa Allah menyuruh orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan untuk menahan pandangannya (An-Nuur: 30-31). Di dalam buku ini dijelaskan 10 manfaat menahan pandangan mata serta dialog antara mata dan hati dimana keduanya saling menyalahkan.

Apabila cinta masuk ke dalam diri seorang manusia, maka ia dapat mendorong seorang penakut jadi pemberani, orang kikir menjadi dermawan, mencuci pikiran orang yang dungu, memfasihkan lidah orang yang gagap, membangkitkan keinginan orang yang lemah, merendahkan kehormatan para raja, menampakkan kehebatan para pemberani, merupakan pintu pertama yang membelah pikiran dan kecerdikan, karenanya ada tipu daya yang halus, gejolak menjadi tenang, akhlak dan kepribadian menjadi tertata, ada kegembiraan yang menari-nari di dalam jiwa dan kesenangan yang bersemayam di dalam hati. Seseorang tidak akan bisa menghindar dari cinta kecuali orang yang hatinya keras dan bodoh, yang tidak memiliki keutamaan dan pemahaman, serta orang yang kasar perangainya, kurang waras atau tidak mempunyai gairah (h. 147 -148). Apabila seorang pria atau wanita sedang jatuh cinta, maka dia mempunyai tanda-tanda yang membuktikannya. Tapi, ada perbedaan diantara keduanya diantaranya dikatakan bahwa cinta bagi seorang pria itu ibarat gunung. Ia besar tapi konstan dan rentan. Sewaktu-waktu ia bisa saja meletus, memuntahkan lahar, dan menghancurkan apa saja yang ditemuinya. Sedangkan cinta bagi seorang wanita bagaikan kuku. Ia hanya seujung jari tapi ia tumbuh perlahan-lahan, diam-diam dan terus-menerus bertambah. Jika ia dipotong, ia tumbuh dan tumbuh lagi. Di dalam buku ini dijelaskan 20 tanda-tanda orang jatuh cinta baik itu pria atau wanita yang sebagiannya dapat terangkum dalam ungkapan yang indah bahwa “Cinta itu ibarat pohon di dalam hati. Akarnya adalah ketundukan kepada kekasih yang dicintai, dahannya adalah mengetahuinya, rantingnya adalah ketakutan kepadanya, daun-daunnya adalah malu kepadanya, buahnya adalah ketaatan kepadanya dan air yang menghidupinya adalah menyebut namanya. Jika di dalam cinta ada satu bagian yang lowong, berarti cinta itu berkurang. (h.367)”

Selain dari hal-hal di atas, buku ini juga memuat bab-bab yang menarik untuk dibaca oleh para pembacanya, sehingga menbuat para pembaca merasa ingin tahu apa yang dibahas oleh bab selanjutnya. Pada awalnya, mungkin ketika membaca buku ini kita mengalami kesulitan di dalam memahami apa yang ditulis oleh pengarangnya, namun kalau kita baca setiap baris dari buku ini secara perlahan dan berusaha memahaminya, maka tampak jelas bahwa buku ini sarat dengan hikmah tentang cinta. Buku ini seperti kata pengarangnya sendiri layak dikonsumsi semua jenjang usia, bisa membantu dalam urusan agama dan dunia; bisa mendatangkan kenikmatan di dunia dan di akhirat. Dengan membaca buku ini kita bisa membedakan mana cinta yang benar dan cinta yang merusak serta mengetahui akibat dari keduanya, dan bisa menyelami problematika cinta dan rindu serta seluk beluknya.
Cinta takkan memberikan apa-apa pada kalian, kecuali keseluruhan dirinya, dan ia pun tidak akan mengambil apa-apa dari kalian, kecuali dari dirinya sendiri. Cinta tidak memiliki atau dimiliki, karena cinta telah cukup untuk cinta.
(Kahlil Gibran, Sang Nabi)

Data Buku:
Judul asli: Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin

Judul:Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu

Pengarang: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Halaman: 453+xxiii hal



Teruskan Nutrisi Cintamu......