Apabila cinta memanggilmu, ikutlah dengannya, walaupun jalan yang akan kalian lalui terjal berliku. Dan bila sayap-sayapnya datang merengkuhmu, pasrah serta menyerahlah, meskipun pedang yang tersembunyi di balik sayap itu akan melukaimu. Dan jika dia bicara kepadamu, percayalah, walau ucapannya akan membuyarkan mimpi-mimpimu, bagai angin utara yang memporak-porandakan taman. Sebagaimana ia memahkotaimu, cinta juga akan menyalibmu. Sebagaimana ia menumbuhkan kuncup dedaunmu, maka ia juga akan memotong akar-akarmu.
(Kahlil Gibran, Sang Nabi)
Cinta. Setiap kali kata ini disebut, jiwa manusia pun bergetar, terbuai oleh perasaan indah nan mulia. Telah banyak para pujangga dan orang-orang bijak berbicara tentang cinta, namun cinta bagaikan mata air yang tak pernah kering walau terus-menerus diambil airnya. Tidak sedikit orang yang berusaha memahami cinta, namun cinta bagaikan sebuah buku yang tidak pernah lekang dimakan waktu, tidak akan bosan orang yang membacanya, dan tidak akan selesai orang yang membicarakannya. Kalau kita membaca buku atau bertanya kepada sebagian orang tentang definisi cinta, maka kita akan mendapatkan jawaban yang berbeda. Tetapi, jika diperhatikan lebih mendalam, kita bisa mengelompokkan definisi cinta, secara umum dan khusus. Cinta dalam pengertian umum bisa didefinisikan sebagai fitrah atau naluri dasar manusia yang tak dapat terpisahkan di dalam kehidupan manusia itu sendiri (Abdullah Nashih Ulwan, Manajemen Cinta). Contoh dari cinta ini adalah cinta terhadap keluarga, teman, harta, dan sebagainya. Sedangkan cinta dalam pengertian khusus biasanya berkisar tentang hubungan antara pria dan wanita. Cinta jenis inilah yang mendapat porsi perhatian terbesar manusia, karena didalamnya terdapat sebuah misteri yang menyebabkan manusia merasakan sejuta rasa di dalam kehidupan ini.
Berdasarkan cinta dalam pengertian khusus inilah, seorang ulama yang bernama Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah (semoga Allah merahmatinya) yang hidup pada abad ke-800 H (sekitar tahun 1400 M) menulis sebuah buku yang berjudul Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu. Beliau seorang ulama yang banyak meninggalkan tulisan-tulisannya yang berharga dan kitab-kitabnya yang sampai sekarang menjadi rujukan bagi para penuntut ilmu. Tulisan-tulisan beliau terkenal dengan keindahan gaya bahasanya dan tutur katanya yang sangat bagus di dalam menerangkan suatu masalah. Dan hal ini diakui oleh ulama-ulama yang datang sesudah beliau dan orang-orang yang membaca karya-karyanya.
Di dalam buku ini beliau mampu menampilkan hakikat fitrah cinta dua anak manusia yang berlainan jenis dan keterangan beliau ditunjang oleh dalil-dalil dari al-Quran dan Sunnah, masalah-masalah fiqih, kisah-kisah yang menarik dan syair-syair yang indah.Buku yang terbagi atas 29 bab ini dimulai dengan mengenalkan istilah-istilah cinta dalam bahasa Arab. Tidak seperti bangsa Yunani yang hanya mengenal 3 istilah untuk cinta (philia, eros, agape), bangsa Arab mempunyai 60 istilah cinta seperti mahabbah, ‘alaqah, hawa, dan sebagainya dimana 50 diantaranya dijelaskan didalam buku ini, dimulai dari pengertiannya, penjelasannya, dan hubungan diantara istilah-istilah tersebut. Selanjutnya, beliau menjelaskan ada 3 motif (sebab) yang menyebabkan seseorang jatuh cinta: (hal. 50)
1. Sifat orang yang dicintai dan pesona keindahannya
Jika orang yang dicintai memiliki daya pesona keindahannya, pesona itu benar-benar bisa ditangkap oleh orang yang mencintainya. Boleh jadi pesona keindahan itu sendiri hanya biasa-biasa saja di mata orang lain, tetapi di mata orang yang mencintai, pesonanya tampak sempurna sehingga orang yang mencintai tidak melihat seorang pun yang lebih menawan dari orang yang dicintai, sebagaimana perkataan seorang penyair :
Aku tak tahu apakah pesonanya yang memikat
Atau mungkin akalku yang tidak lagi ditempat (h. 51)
2. Perasaan terhadap orang yang mencintai terhadap orang yang dicintai
3. Keselarasan dan kesesuaian antara yang mencintai dan dicintai
Faktor ketiga inilah yang mempertautkan jiwa diantara keduanya dan yang merupakan pemicu timbulnya cinta yang paling kuat. Hal ini karena setiap orang akan condong kepada siapa yang sesuai dengannya.
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)".(An-Nuur : 26)
Sehingga, seseorang pernah berkata, ”Cinta adalah cermin bagi seseorang yang sedang jatuh cinta untuk mengetahui watak dan kelemahlembutan dirinya dalam citra kekasihnya. Karena sebenarnya, ia tidak jatuh cinta kecuali terhadap dirinya sendiri. Jika cinta tumbuh karena kesesuaian dan kecocokan, maka cinta itu akan menjadi kokoh dan kuat, tidak akan sirna kecuali oleh penghambat yang lebih kuat dari penyebab cinta itu sendiri. Jika cinta dilatarbelakangi tujuan tertentu pada diri orang yang dicintai, maka cinta itu akan cepat sirna jika tujuan dibalik cinta itu sirna. Sebagian dokter berkata, ”Cinta adalah keterpaduan jiwa dan jiwa, karena adanya kesesuaian dan kecocokan. Jika air bercampur dengan air, maka keduanya sulit dipisahkan. Sehingga cinta antara 2 orang sudah menyatu, yang satu akan menderita karena penderitaan yang lain, yang satu ikut sakit karena yang lain sakit, tanpa disadarinya." (h. 57)
Yang pertama kali menyebabkan tumbuhnya cinta di dalam diri manusia adalah pandangan matanya. Hal ini seperti sebuah syair :
Permulaan cinta indah menawan di hati
Akhirnya kematian laksana permainan
Ia bermula dari pandangan dan canda
Menyala di hati laksana bara api
Seperti api yang bermula dari percikan
Jika membesar ia ‘kan membakar semua kayu (h. 154)
Mata mempunyai pengaruh yang sangat besar di dalam tumbuhnya cinta yang terkadang bisa membahayakan bagi pemiliknya apabila ia tidak menjaga pandangan matanya. Karena mata itu berhubungan dengan hati, maka mata merupakan cermin hati. Jika seseorang menahan pandangan matanya, berarti dia menahan syahwat dan keinginan hatinya. Jika dia mengumbar pandangan matanya, berarti dia mengumbar syahwat hatinya (h. 71). Itulah mengapa Allah menyuruh orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan untuk menahan pandangannya (An-Nuur: 30-31). Di dalam buku ini dijelaskan 10 manfaat menahan pandangan mata serta dialog antara mata dan hati dimana keduanya saling menyalahkan.
Apabila cinta masuk ke dalam diri seorang manusia, maka ia dapat mendorong seorang penakut jadi pemberani, orang kikir menjadi dermawan, mencuci pikiran orang yang dungu, memfasihkan lidah orang yang gagap, membangkitkan keinginan orang yang lemah, merendahkan kehormatan para raja, menampakkan kehebatan para pemberani, merupakan pintu pertama yang membelah pikiran dan kecerdikan, karenanya ada tipu daya yang halus, gejolak menjadi tenang, akhlak dan kepribadian menjadi tertata, ada kegembiraan yang menari-nari di dalam jiwa dan kesenangan yang bersemayam di dalam hati. Seseorang tidak akan bisa menghindar dari cinta kecuali orang yang hatinya keras dan bodoh, yang tidak memiliki keutamaan dan pemahaman, serta orang yang kasar perangainya, kurang waras atau tidak mempunyai gairah (h. 147 -148). Apabila seorang pria atau wanita sedang jatuh cinta, maka dia mempunyai tanda-tanda yang membuktikannya. Tapi, ada perbedaan diantara keduanya diantaranya dikatakan bahwa cinta bagi seorang pria itu ibarat gunung. Ia besar tapi konstan dan rentan. Sewaktu-waktu ia bisa saja meletus, memuntahkan lahar, dan menghancurkan apa saja yang ditemuinya. Sedangkan cinta bagi seorang wanita bagaikan kuku. Ia hanya seujung jari tapi ia tumbuh perlahan-lahan, diam-diam dan terus-menerus bertambah. Jika ia dipotong, ia tumbuh dan tumbuh lagi. Di dalam buku ini dijelaskan 20 tanda-tanda orang jatuh cinta baik itu pria atau wanita yang sebagiannya dapat terangkum dalam ungkapan yang indah bahwa “Cinta itu ibarat pohon di dalam hati. Akarnya adalah ketundukan kepada kekasih yang dicintai, dahannya adalah mengetahuinya, rantingnya adalah ketakutan kepadanya, daun-daunnya adalah malu kepadanya, buahnya adalah ketaatan kepadanya dan air yang menghidupinya adalah menyebut namanya. Jika di dalam cinta ada satu bagian yang lowong, berarti cinta itu berkurang. (h.367)”
Selain dari hal-hal di atas, buku ini juga memuat bab-bab yang menarik untuk dibaca oleh para pembacanya, sehingga menbuat para pembaca merasa ingin tahu apa yang dibahas oleh bab selanjutnya. Pada awalnya, mungkin ketika membaca buku ini kita mengalami kesulitan di dalam memahami apa yang ditulis oleh pengarangnya, namun kalau kita baca setiap baris dari buku ini secara perlahan dan berusaha memahaminya, maka tampak jelas bahwa buku ini sarat dengan hikmah tentang cinta. Buku ini seperti kata pengarangnya sendiri layak dikonsumsi semua jenjang usia, bisa membantu dalam urusan agama dan dunia; bisa mendatangkan kenikmatan di dunia dan di akhirat. Dengan membaca buku ini kita bisa membedakan mana cinta yang benar dan cinta yang merusak serta mengetahui akibat dari keduanya, dan bisa menyelami problematika cinta dan rindu serta seluk beluknya.
Cinta takkan memberikan apa-apa pada kalian, kecuali keseluruhan dirinya, dan ia pun tidak akan mengambil apa-apa dari kalian, kecuali dari dirinya sendiri. Cinta tidak memiliki atau dimiliki, karena cinta telah cukup untuk cinta.
(Kahlil Gibran, Sang Nabi)
Data Buku:
Judul asli: Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin
Judul:Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu
Pengarang: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Halaman: 453+xxiii hal
1 komentar:
keren bos
Posting Komentar