3.11.2009

Dilema Cinta dan Pacaran

Satu kata yang begitu lekat di hati para remaja khususnya pelajar adalah kata cinta. Mungkin kalau kita mau mengsurvai dii kalangan mereka —dunia pelajar— maka hampir dapat dipastikan mereka akan mengangguk karena sudah mangenal apa yang dinamakan dengan cinta. Bahkan kalau kita mau menanyakan kepada mereka apa itu definisi cinta, maka mereka akan melesungkan pipinya dan tersenyum karena membayangkan apa itu cinta. Mungkin sebagian dari mereka akan menjawab ” Sulit diungkapkan dengan kata-kata, cinta itu mudah dirasainnya dari pada diungkapkannya”. Atau mereka akan menjawab cinta itu adalah rasa kasih sayang kepada orang lain entah itu kepada orang tua, guru, temen atau bahkan kepada pacar. Nah, soal yang satu inilah yang kemudian menimbulkan kesalahan dalam mengartikan cinta. Mereka menganggap cinta itu identik dengan ungkapan rasa sepasang sejoli yang dimabuk asmara. Banyak cara untuk mengungkapkan kata-kata cinta. Bisa dengan cara verbal maupun non verbal. Tetapi hampir 80 % remaja di negeri ini mengungkapkan rasa cinta nya dengan cara verbal. Bahkan tidak hanya di Indonesia saja tetapi di seluuh dunia. Kalau orang Indonesia mengungkapkan cinta dengan “Aku cinta kamu”, orang Inggrin bilang “I love you”, orang Afrika bilang “Ek het jou lief”, orang India bilang ” Hum tumhe pyar karte hae”, orang Jepang bilang “Aishiteru”, orang Mandarin bilang “Wo ai ni” orang Turki bilang “Seni Seviyorum” dan sebagainya. [SEGITIGA/ Maret/ III/ 2001].

Apapun ungkapan mereka dan apapun cara mereka dalam mengungkapkannya tetapi tujuan yang ingin diraih adalah sama yaitu cinta itu sendiri. Salah satu lembaga formal untuk menyatakan cinta itu adalah pacaran dan menikah. Kalau menikah mereka menganggapnya itu tidak mungkin karena mereka masih menamai cintanya adalah cinya monyet. Jadi yang kemudian dipilih untuk menjadi solusi adalah pacaran. Pacaran memang sering di identikkan dengan cinta. Pacaran secara bahasa diartikan sebagai tunangan yang belum diresmikan. Tetapi menurut definisi fakta setelah memperhatikan aktifitas remaja selama melakukan pacaran, pacaran diartikan sebagai hubungan istimewa antara lelaki dan perempuan yang kemudian mengikrarkan diri untuk saling memiliki, yang kemudian mereka mengadakan pertemuan secara khusus (kencan), sedangkan aktifitas rutinnya adalah saling merayu, saling pandang, pegang-pegangan, surat-suratan, telpon-telponan, Email-emailan, kencan, jalan-jalan dan seterusnya. Tetapi kalau kita mau menengok kembali hasil penelitian di Jakarta tahun 1997 oleh Fakultas Psikologi UI Depok terhadap 221 responden, tentang aktifitas pacaran adalah sebagai berikut

Tidak hanya di Jakarta saja, ternyata di Bandung juga pernah dilakukan penelitian oleh mahasiswa Unisba Bandung terhadap 500 responden tentang hal yang sama yang di muat dalam majalah Suara Mahasiswa beberapa waktu yang lalu. Haslinya adalah sebagai berikut :
1. Hubungan pertemanan lawan jenis, konsep apa yang bagus untuk digunakan :
Ø Teman biasa 29 %
Ø Teman akrab 39 %
Ø Pacaran 18,4 %
Ø Lain-lain 7,2 %
Ø Tidak tahu 6,4 %
2. Pendapat tentang konsep pacaran
Ø SS 56, 4 %
Ø STS 9, 2 %
Ø RR 25, 8 %
Ø Tidak tahu 8, 6 %
3. Manfaat pacaran
Ø Teman kencan 7%
Ø Berbagi rasa 65, 2 %
Ø Teman belajar 10, 2 %
Ø Tidak ada 4, 8 %
Ø Tidak tahu 4 %
Ø Lain-laim 8, 8%
4. Yang pernah dilakukan dengan pacar
Ø Pegang tangan 21,8%
Ø Ciuman bibir (lip kiss) 16 %
Ø Deep kiss 8, 6 %
Ø Raba-raba alat vital 8, 2 %
Ø Petting 7, 2 %
Ø Hubungan sexual 7 %
Ø Tidak satupun 11 %
Ø Tidal isi 20, 2 %
5. Pendapat ttg nikah muda
Ø Lebih baik 29, 4 %
Ø Tidak mungkin, karena belon kerja 34, 8 %
Ø Tidak bebas 21, 9 %
Ø Tidak tahu 14, 4 %
Dari data tersebut dapatlah kita lihat bahwa aktifitas pacaran tersebut bukanlah aktifitas ‘pdkt’ (pendekatan), tetapi sudah mengarah kepada prilaku sex bebas. Seperti kasus yang baru-baru ini marak di Bandung. Seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung melakukan adegan panas dengan seorang mahasiswi perguruan tinggi negeri di kota yang sama, yang diabadikan dengan kamera Hendycamp. Ternyata film yang dibuat di salah satu hotel di Bali untuk memperingati 23 bulan mereka pacaran tersebut tersebar luas di kota Bandung. Akhirnya mereka barus rela dipecat dari kampusnnya dan harus berhubungan dengan polisi. [satunet.com].
Lantas apa yang menyebabkan semuanya itu terjadi ?. Ada beberapa analisis yang menyebutkan bahwa rusaknya tatanan sosial dalam pergaulan ini. Psikiater kondang Dadang Hawari yang juga aktif melakukan ceramah-ceramah di masjid dan pengajian ini menunjuk maraknya media masa dan tempat hiburan yang mengundang nafsu syahwat ini sebagai penyebab utama terjadinya prilaku sex bebas. Lihat saja acara media elektronik yang biasa terseji didepan keluarga kita. Hampir semuanya menayangkan prilaku zina, misalnya adegan ciuman sampai persetubuhan, sinetron perselingkuhan, iklan di “tempat tidur”, telenovela yang isinya berkisar masalah sex bebas, hingga komik dan film kartun seperti Crayon Shincan yang membimbing anak-anak untuk bertingkah laku cabul. Salah satu media masa yang kerap mengkampanyekan budaya zina adalah RCTI, stasiun televisi terbesar di negeri ini mengelar acara Angin Malam setiap malam Minggu. Acara tersebut mengupas masalah sex secara vulgar, lengkap, dan detail serta dilengkapi dengan putri malam yang siap mengoyang bagi para penelpon dengan goyangan yang erotis. Acara yang dulu pernah dipandu oleh Dewi Huges itu pernah mengundang Budiman Sujatmiko (Ketua PRD) dan Arswendo Atmowiloto (mantan Pimpinan Redaksi Tabloid Monitor). Temanya pun lumayan serem. Apa yang dilakukan narapidana di sel guna menyalurkan hasrat seksualnya. Dengan enteng Arswendo mantan narapidana akibat kasus pelecehan terhadap Nabi Muhammad SAW tersebut menjawab “kalau saya ya lakukan onani saja”. Tidak hanya tema semacam itu saja yang di kampanyekan tetapi tema-tema seputar perzinahan seperti “Melajang tapi punya anak” dan sebagainya semakin menbuat budaya sex bebas menjadi semakin menggila. Radio pun tak mau ketinggalan jaman untuk mengkampanyekan ide syetan tersebut, contohnya adalah radio Elvictor FM, stasiun radio ternama di Surabaya ini setiap pukul 22.00 pada setiap harinya menyuguhkan acara obrolan bersama seorang waria. Puluhan kaum lelaki antri menelpon, ngobrol dengan Markonah (nama waria tersebut), tentang apalagi kalau enggak masalah sex. Banyak lagi stasiun radio yang sengaja menggelar acara menggugah syahwat dengan dipandu oleh penyiar yang genit diiringi musik dangdut yang bikin jantung berdetak dua kalu lebih cepat dari biasanya. Media cetak semakin memperburuk keadaan. Pasca kebebasan pers dikumandangkan maka muncullah berbagai media yang dengan vulgar mengupas habis tentang tema-tema sex. Sebut saja Popular, Hot, Lipstik, Desah, Asmara, De Suga, Kiss, Jeritan hati, Waw, The X Files, dan masih banyak lagi. Tulisannya pun berkisar tentang tema-tema sex, dengan dilengkapi foto-foto yang mengumbar aurat (yang kebanyakan mengambil begitu saja dari situs porno di internet). Judul-judul tulisannya cenderung menjijikkan. Misalnya majalah Top edisi 53 Th. III, Juli 2001, menulis tentang “Artis-artis Perkuat Organ Seks Lewat Salsa”, Tragedi Lukisan Telanjang Tante Ris, dan Seks Plesie Kota Bengawan. Atau tabloid Kiss edisi 11/TH.1/2001 yang memuat tulisan ” Suamiku Merasa Puas Bila Mensetubuhiku Dengan Kaki Terikat” dan “Affairku dengan Seorang Jaksa Membuahkan Janin di Perutku”. [ http://www.hidayatullah.com ]
Kerap pula kita jumpai kumpulan anak-anak remaja di rental VCD yang menyediakan VCD porno (BF) atau ya minimal Semi BF. Dan ternyata pengemar VCD jenis tersebut adalah kebanyakan anak muda. Kalau anak kecil mungkin belum tahu, dan kalau orang tua buat apa? Ujar Ipong, seorang pedagang VCD di kawasan Cawang (Jakarta). Teknologi Internet juga banyak dimanfaatkan untuk mengakses kemaksiatan. “Kalau anak-anak remaja ke sini, pasti yang “begituan” yang dilihat.” Ujar Ida, pengelola Warnet di kawasan Bekasi, Jawa Barat. Masuk akal bila kasus HIV/AIDS di Indonesia semakin dasyat. RS Cipto mangunkusumo, Jakarta saat ini didatangi 4-10 penderita HIV/AIDS tiap minggunya. Data dari Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes menyebutkan, selama April 2001 terjadi penambahan 2 kasus HIV dan 5 kasus AIDS. Itu yang diketahui. Dementara para ahli sering menyatakan bahwa data tentang HIV/AIDS itu bagaikan gunung es, yang tampak hanyalah permukaan sedikit saja, tetapi yangterpendam sangat banyak. Akibat budaya zina, maka aborsipun menjadi kebiasaan remaja-remaja putri. Baru-baru ini harian Kompas mengutip sebuah penelitian tentang aborsi, dan hasilnya terjadi 2,5 juta aborsi per tahun dan 1,5 juta diantaranya dilakukan oleh kalangan remaja. Data tersebut juga pernah disampaikan oleh WHO yang menyampaikan hasil laporannya bahwa di Asia Tenggara terjadi kasus aborsi sekitar 4,2 juta per tahunnya. 1,3 juta di Vietnam dan Singapura, 155.000-750.000 di Philipina, 300.000-900.000 di Thailand dan di Indonesia 1,5 juta kasus setiap tahunnya. Manakala aborsi gagal, maka muncullah bayi-bayi tak berdosa yang tak tau harus memanggil “ayah” kepada siapa. “Kalau orang setiap hari melihat dan membaca hal-hal yang porno, maka keimanan akan terkikis. Kalau sudah begitu, maka akan lepas kontrol danterjadilah perzinahan.” Kata Dadang Hawari. Yang membuat Dadang heran, Pemerintah sepertinya tidak berusaha memberantas sarana dan prasarana yang mendorong orang untuk berbuat zina. Justru membiarkan bahkan meneguhkannya dengan memungut pajak dari sarana tersebut. ” Di masyarakat kita sekarang, anak masih imit-imut mabok, nyabu, dan berzina sudah biasa. Dan itu tidak ditindak”, katanya lirih.
Khotimah Islam adalah agama yang sempurna seperti firman Allah dalam QS Al-Maidah :3 yang menjamin kepada manusia untuk menyelesaikan setiap permasalahannya dengan Islam. Islam adalah problem solving setiap permasalahan yang muncul termasuk masalah fenomena pacaran dan prilaku sex bebas akhir-akhir ini. Memang Allah telah membekali kepada manusia itu akal dan beberapa naluri, salah satu naluri itu adalah naluri untuk mencintai lawan jenis (ghariyahan-nau’). Setiap naluri itu butuh pemuasan kebutuhan. Sedangkan islam itu hadir untuk mengatur cara pemuasan kebutuhan tersebut. Tetapi semuanya itu tidak akan mungkin bisa dipenuhi perintah Allah dan larangan-Nya itu tanpa dibekali dengan ilmu. Oleh karena itu tidak dapat tidak, ilmu itu harus segera dipelajari sehingga akan memberikan gambaran yang utuh akan tujuan hidup ini. Apabia setiap kaum muslimin itu berpegang teguh terhadap qo’idah hukum syara’ yang berbunyi “hukum asal setiap perbuatan itu tergantung dengan hukum syara” dan mereka faham akanseruan Allah dalam surat An-Nur:31 “Katakan kepada kaum muslimin untuk menundukkan pandangan” serta mereka mengindahkan apa yangtelah disabdakan oleh Rosulullah SAW “Barang siapa yang beriman terhadap Allah dan hari akhir, maka tidaklah boleh seorang laki-laki itu berkholwat dengan seorang wanita tanpa disertai dengan makhromnya(makhrom wanita itu)”. Sehingga apabila kita memahami semuanya itu kita bisa mencintai Allah itu lebih dari mencintai terhadap
makhluk-makhluknya. Dan hal itu tidak akan terwujud dengan tanpa adanya dukungan dari semua elemen masyarakat untuk mau menyadari bahwa apa yang mereka lakukan selama ini adalah salah dan mereka dengan sadar bisa kembali
kepada Islam untuk mengatur seluruh kehidupan. [sig dari berbagai sumber]


0 komentar:

Posting Komentar